Once there was a dog called Fluff.

Once there was a dog called Fluff. Though his mother had named him Fluff because of his lovely furry coat, he should have been called 'Scruff' because he was always scruffy. One day, as Fluff played on the road, he noticed a big house. On the roof of the house was a big bone with a large, red bow tied around it. Next to it was a board saying in bold letters: "For the Best Dog in the World". That is me,' thought Fluff. He was only a pup, and thought no end of himself. He charged at the big iron gate of the house and threw himself against it, "Let me in! Let me in!" he barked. A serious looking Dobermann was guarding the gate. "Stop that racket!" he growled. "Did your mother not teach you any manners? We don't let ruffians like you in." Fluff was angry and disappointed. He ran back home in a huff and burst into tears. "Why are you crying?" asked his mother, licking his tears. Fluff told her what the guard dog had said. "He is right, son. You should have asked him to open the gate politely," said his mother.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Setelah ada bulu anjing disebut. Meskipun ibunya telah menjulukinya Fluff karena mantelnya berbulu indah, ia seharusnya disebut 'Scruff' karena dia selalu berantakan. Suatu hari, saat Fluff dimainkan di jalan, ia melihat sebuah rumah besar. Di atap gedung adalah tulang besar dengan busur besar, merah diikat di sekitar itu. Di samping itu adalah papan mengatakan dalam huruf tebal: "Untuk the Best anjing di dunia". Itu adalah saya,' berpikir Fluff. Ia hanya anjing, dan berpikir tidak ada akhir dari dirinya. Ia dikenakan pada gerbang besi besar rumah dan melemparkan dirinya terhadap hal itu, "biarkan aku! Biarkan saya!"dia menyalak. Dobermann mencari serius sedang menjaga pintu gerbang. "Berhenti raket itu!" Dia berkata sambil menggeram. "Ibu Anda tidak mengajarkan Anda sopan-santun apapun? Kita jangan biarkan bajingan seperti Anda." Fluff menjadi marah dan kecewa. Dia berlari pulang dengan gusar dan menangis. "Mengapa Anda menangis?" tanya ibunya, menjilati matanya. Fluff memberitahunya apa yang dikatakan anjing penjaga. "Dia benar, anak. Anda harus telah meminta dia untuk membuka pintu gerbang sopan,"kata ibunya.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Setelah ada anjing yang disebut Fluff. Meskipun ibunya bernama dia Fluff karena mantel berbulu indah, dia seharusnya disebut 'tengkuk' karena dia selalu berantakan. Suatu hari, seperti Fluff bermain di jalan, ia melihat sebuah rumah besar. Di atap rumah itu tulang besar dengan besar, pita merah terikat di sekitarnya. Sebelahnya adalah papan mengatakan dalam huruf tebal: "Untuk Anjing Terbaik di Dunia". Itu adalah saya, "pikir Fluff. Dia hanya anak anjing, dan berpikir tidak ada akhir sendiri. Dia didakwa di gerbang besi besar rumah dan melemparkan dirinya terhadap hal itu, "Biarkan aku masuk! Biarkan aku masuk!" salaknya. Sebuah mencari Dobermann serius menjaga pintu gerbang. "Hentikan raket itu!" geramnya. "Apakah ibumu tidak mengajarkan sopan santun? Kami tidak membiarkan bajingan seperti Anda di." Bulu marah dan kecewa. Dia berlari kembali ke rumah dengan marah dan menangis. "Kenapa kamu menangis?" tanya ibunya, menjilati air matanya. Fluff menceritakan apa anjing penjaga tadi. "Dia benar, anak. Anda harus memintanya untuk membuka pintu gerbang dengan sopan," kata ibunya.