The plates clatter on the counterto

The plates clatter on the countertop as I dig out a Tupperware container from the cabinet.
“You were only trying to what?” Declan’s voice softens as he comes up behind me.
“Doesn’t matter.” 
Declan’s like a stranger now, and it really fucking hurts to know that I’ve lost the closest thing I ever had to a best friend. And on top of that, I feel stupid for missing him, because he doesn’t seem to feel the same way. 
How could he give up on me—on us—so easily? And after everything he said, all the declarations he made about winning me over. . . Were they all just lies? Did he just want in my pants like every other guy?
My mind automatically flits back to that night in the shower. He took what he wanted without any regard for my needs. I might’ve provoked him, and I might’ve instigated the whole thing, but that was still a dick move. 
And he says I’m the mean one.
Sex wasn’t even my intention that night. Granted, I knew it was almost guaranteed to happen, but that wasn’t my sole purpose. Believe me, if I just wanted to get off, I’d have done it myself instead of literally baring myself like that. It took a lot of courage to strip in front of him and then get in that shower. I’d been so brazen that night, and it was all for Declan. I wanted to show him that I was still trying—that I still wanted him—and it blew up in my face. 
So why am I stubbornly clinging to this little sliver of hope that things will go back to normal? They won’t. I see that now.
I’m afraid the damage that’s been done is irreversible. I feel unwelcome around him now. I don’t think he wants me here, but because of that stupid lease, he can’t ask me to leave. 
My throat tightens as I wonder if that’s why he’s being an ass. Maybe he’s anxious for me to take the hint and get the hell out of his apartment already.
Yeah, well, I’ve got your message loud and clear, asshole.
I’m angrily scooping our uneaten spaghetti into a container when I feel his hand on my shoulder and hear his cajoling, “Talk to me, Kitten.”
Hearing that damn name sets off a kneejerk reaction and I turn and shove Declan’s chest, making him stumble back in surprise. “No.” Tears prick my eyes as my chest aches. It feels like it’s been sliced open. 
I’ve missed that nickname for two weeks. I never thought I’d hear it again. Now I wish I hadn’t, because the bittersweet feeling tearing through me is too much to handle.
My hand trembles as I point at him. “You don’t get to call me that anymore. You’ve lost that right.”
Declan wisely doesn’t say anything as I walk around him and head back to my room, slamming the door behind me. He can take the slack I've cut him and choke himself with it for all I care.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Pelat denting pada meja ketika aku menggali wadah Tupperware dari kabinet."Anda hanya mencoba untuk apa?" Declan's suara melembutkan sebagai dia muncul di belakang saya."Tidak peduli." Declan yang seperti orang asing sekarang, dan itu benar-benar sialan sakit untuk mengetahui bahwa aku sudah kehilangan hal yang paling dekat saya pernah ke sahabat. Dan di atas itu, saya merasa bodoh untuk hilang dia, karena ia tidak merasakan hal yang sama. Bagaimana bisa ia menyerah pada saya-kami — begitu mudah? Dan setelah semua yang dia katakan, Semua Deklarasi dia membuat tentang memenangkan saya atas... Apakah mereka semua hanya kebohongan? Apakah dia hanya ingin di celana saya seperti setiap orang lain?Pikiran saya secara otomatis depan kembali ke malam itu di kamar mandi. Dia mengambil apa yang ia inginkan tanpa memperhatikan setiap kebutuhan saya. Aku mungkin telah memicu dia, dan aku mungkin telah dihasut seluruh hal, tapi itu masih bergerak dick. Dan ia mengatakan saya berarti satu.Seks tidak bahkan maksud saya malam itu. Memang, aku tahu hampir dijamin untuk terjadi, tapi itu tidak semata-mata saya. Percayalah, jika saya hanya ingin untuk turun, aku akan melakukannya sendiri bukan secara harfiah memamerkan diri seperti itu. Butuh banyak keberanian untuk strip di depannya dan kemudian mendapatkan itu shower. Aku sudah sangat malam itu, dan itu semua untuk Declan. Aku ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya masih mencoba — bahwa aku masih ingin dia — dan meledak di wajah saya. Jadi mengapa saya saya keras kepala menempel sepotong ini sedikit harapan bahwa hal-hal yang akan kembali normal? Mereka tidak akan. Saya melihat bahwa sekarang.Aku takut kerusakan yang telah dilakukan ireversibel. Saya merasa tak diinginkan di sekelilingnya sekarang. Saya tidak berpikir dia ingin saya di sini, tapi karena sewa yang bodoh, dia tidak meminta saya untuk meninggalkan. Tenggorokan saya mengencangkan seperti aku bertanya-tanya jika itu sebabnya ia sedang keledai. Mungkin dia cemas bagi saya untuk mengambil petunjuk dan mendapatkan neraka keluar dari apartemennya sudah.Yeah, well, aku punya Anda pesan keras dan jelas, bajingan.Aku sedang marah menyendoki spageti kami dimakan ke dalam wadah ketika aku merasa tangan pada bahuku dan mendengar dia membujuk, "Bicara saya, Kitten."Mendengar bahwa nama sialan memicu reaksi kneejerk dan aku berbalik dan mendorong Declan di dada, membuat dia tersandung kembali dalam kejutan. "Tidak." Air mata tusukan mataku seperti nyeri dada saya. Rasanya seperti itu telah diiris terbuka. Aku telah kehilangan julukan itu selama dua minggu. Saya tidak pernah berpikir aku akan mendengarnya lagi. Sekarang aku berharap aku tidak, karena perasaan pahit merobek melalui saya terlalu banyak untuk menangani.Tanganku gentar karena saya menunjukkan padanya. "Anda tidak mendapatkan untuk menelepon saya yang lagi. Anda telah kehilangan hak itu."Declan bijaksana tidak mengatakan apa-apa karena saya berjalan di sekelilingnya dan kembali ke kamarku, membanting pintu di belakang saya. Ia dapat mengambil kendur saya sudah dipotong dia dan tersedak dirinya dengan itu untuk semua saya peduli.