7. Kemajuan bahaya serius: Ketersediaan sumber daya yang terbatas, membuat semua kebijakan harus peduli dengan prioritas. Salah satu contoh adalah kasus di Rembang dan Urut Sewu. Kegagalan pemerintah untuk melakukan artikulasi prioritas kebijakan sumber kekerasan. Sumber daya alam merupakan potensi untuk dieksploitasi, tetapi kehadirannya memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, kebijakan tersebut harus peduli dengan prioritas. Kemudian, jika memberikan pentingnya prioritas dapat membatalkan proses partisipasi? Tentu saja tidak, karena dalam menentukan prioritas kebijakan harus melalui tahap partisipasi dengan menempatkan semua kelompok kepentingan. Jadi segala sesuatu yang akan
dihasilkan bisa konsensus untuk semua.
8. Keberlanjutan: Itu merupakan upaya untuk berpikir tentang tindakan pro-lingkungan di masa depan. Sayangnya, sebagian besar pemerintah dan orang-orang di daerah tidak memiliki kesadaran yang cukup tentang pentingnya kelestarian lingkungan. Meskipun dalam sejarahnya, masyarakat Indonesia memiliki interaksi yang baik dalam pemanfaatan sumber daya alam. Namun, neo-liberalisasi iklim yang mendorong individu untuk mencari keuntungan melalui usaha yang besar membuat interaksi ini runtuh. Sekarang, pemerintah dan sektor swasta, khususnya, cenderung memiliki eksploitatif will terhadap potensi sumber daya alam. Seperti di Rembang, pemerintah bekerjasama dengan sektor swasta untuk mengambil risiko demi kekerasan terhadap petani mengeksploitasi tambang bahan baku semen.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
