Like any philosophy worthy of the n

Like any philosophy worthy of the name, linguistic analysis speaks for itself and defines its own attitude to reality. It identifies as its chief concern the debunking of transcendent concepts; it proclaims as its frame of reference die common usage of words, the variety of prevailing behavior. With these characteristics, it circumscribes its position in the philosophic tradition— namely, at the opposite pole from those modes of thought which elaborated their concepts in tension with, and even in contradiction to, the prevailing universe of discourse and behavior

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Seperti setiap filsafat yang layak nama, analisis linguistik berbicara untuk dirinya sendiri dan mendefinisikan sikap sendiri dengan realitas. Ini mengidentifikasi sebagai kepala keprihatinannya yang membongkar transenden konsep; itu menyatakan sebagai kerangka acuan mati penggunaan umum kata-kata, berbagai perilaku yang berlaku. Dengan karakteristik ini, itu circumscribes posisinya dalam tradisi filosofis — yaitu, di kutub yang berlawanan dari dua mode dari pemikiran yang diuraikan konsep mereka dalam ketegangan dengan, dan bahkan di kontradiksi, alam semesta wacana berlaku dan perilaku

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Seperti filosofi layak nama, analisis linguistik berbicara untuk dirinya sendiri dan mendefinisikan sikap sendiri dengan realitas. Ini mengidentifikasi sebagai keprihatinan utamanya pemaparan konsep transenden; itu menyatakan sebagai kerangka acuannya mati penggunaan umum dari kata-kata, berbagai perilaku yang berlaku. Dengan karakteristik ini, circumscribes posisinya di tradition- filosofis yaitu di kutub yang berlawanan dari orang-mode pemikiran yang diuraikan konsep mereka dalam ketegangan dengan, dan bahkan bertentangan dengan, alam semesta yang berlaku wacana dan perilaku