My experience is quite different.  

My experience is quite different.  I was married for a long time.  It was never a marriage with "chemistry".  But it was OK in regard to compatibility, that is, until my ex wife changed.  Not that change is a bad thing, I changed too, everyone does.  It's just that her change was a  pessimistic change.  I eventually grew tired of being the "cheer leader".  I (secretly) gave her a nick name "Woe is me."  That means "Poor me."  So, there was never chemistry, and (after she changed) there was no emotional connection either

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

pengalaman saya sangat berbeda. saya menikah untuk waktu yang lama. itu tidak pernah menikah dengan "chemistry". tapi itu ok dalam hal kompatibilitas, yaitu, sampai mantan istri saya berubah. tidak perubahan itu adalah hal yang buruk, saya berubah juga, semua orang melakukannya. hanya saja dia berubah adalah perubahan pesimis. i akhirnya tumbuh lelah menjadi "pemimpin bersorak".i (diam-diam) memberinya nama nick "Celakalah aku." yang berarti "aku miskin." jadi, tidak pernah ada kimia, dan (setelah dia berubah) tidak ada hubungan emosional baik

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Pengalaman saya sangat berbeda.  Saya sudah menikah untuk waktu yang lama.  Itu tidak pernah perkawinan dengan "kimia".  Tapi itu OK mengenai kompatibilitas, yaitu sampai mantan istri berubah.  Tidak perubahan itu hal yang buruk, aku berubah juga, orang tidak.  It's just bahwa dia berubah adalah perubahan pesimis.  Saya akhirnya bosan menjadi "pemimpin cheer".  Aku (diam-diam) memberinya nick nama "Celakalah adalah saya."  Itu berarti "miskin saya."  Jadi, tidak pernah ada kimia, dan (setelah dia berubah) ada hubungan emosional tidak baik