mudah ketika itu terjadi antara individu yang memiliki pola pikir budaya yang sama. Oleh karena itu, tingkat adopsi untuk produk baru di negara-negara dengan populasi homogen (misalnya, Jepang, Korea Selatan, Thailand) biasanya lebih cepat daripada di negara-negara dengan budaya yang sangat beragam. Ketika produk baru diluncurkan pada interval waktu yang berbeda, akan ada negara-negara utama, di mana ia diperkenalkan pertama, dan negara-negara tertinggal, yang dimasukkan nanti. Umumnya, tingkat adopsi tampaknya lebih tinggi di negara-negara lag daripada di negara memimpin. Potensi pengadopsi di lag-negara memiliki lebih banyak waktu untuk memahami dan mengevaluasi atribut inovasi dirasakan daripada rekan-rekan mereka dalam memimpin negara. Juga, dari waktu ke waktu, kualitas produk cenderung membaik, dan harga biasanya turun karena ekonomi scale.20
Satu penelitian yang mengamati pola penetrasi untuk barang-barang konsumen di Eropa mengidentifikasi tiga karakteristik negara lebih yang relevan.21 pertama variabel kosmopolitanisme. Kosmopolitan adalah orang-orang yang melihat melampaui lingkungan sosial secara langsung, sementara penduduk setempat berorientasi lebih ke arah sistem sosial langsung mereka. Populasi negara itu lebih kosmopolitan, semakin tinggi kecenderungan untuk inovasi. Negara kedua sifat diberi label mobilitas. Mobilitas adalah kemudahan yang anggota suatu sistem sosial dapat bergerak dan berinteraksi dengan anggota lain. Hal ini sebagian besar ditentukan oleh infrastruktur negara. Mobilitas memfasilitasi komunikasi interpersonal, dan, karenanya memiliki dampak positif pada penetrasi produk di pasar tertentu. Akhirnya, persentase perempuan dalam angkatan kerja dampak penyebaran beberapa jenis inovasi. Tingkat partisipasi yang lebih tinggi dari perempuan dalam angkatan kerja berarti pendapatan yang lebih tinggi dan daya beli karenanya lebih. Produk hemat waktu (seperti mesin cuci, mesin pencuci piring) menarik bagi wanita bekerja. Dengan cara yang sama, barang akan memakan waktu kurang dihargai dalam masyarakat di mana wanita bekerja membentuk sebagian besar dari angkatan kerja.
Penelitian lain memeriksa difusi 6 produk dalam 31 berkembang dan negara maju di seluruh world.22 Temuan utama adalah bahwa pengembangan negara cenderung mengalami tingkat adopsi yang jauh lebih lambat dibandingkan negara-negara maju. Potensi penetrasi rata-rata untuk negara-negara berkembang ternyata menjadi sekitar sepertiga (0,17 berbanding 0,52) itu untuk negara-negara maju. Juga, butuh negara-negara berkembang rata-rata 18 persen lebih lama (19.25 vs 16.33 tahun) untuk mencapai penjualan puncak.
Satu berguna metrik untuk mengkarakterisasi lepas landas produk baru adalah lepas landas waktu-ke-, yaitu periode dari peluncuran produk baru di pasar negara tertentu untuk takeoff.23 Takeoff menandai titik balik antara pengenalan dan tahap pertumbuhan siklus hidup produk (yaitu, lompatan besar pertama dalam penjualan produk baru). Satu study24 memandang lepas landas waktu-ke-16 untuk produk baru di 31 negara. Mean time-to-lepas landas (rata-rata di seluruh kategori produk) berkisar antara 5,4 tahun di Jepang menjadi 13,9 tahun di Cina dan Vietnam (lihat Exhibit 10-1). Penelitian yang dilakukan oleh Tellis dan rekan-rekannya menawarkan wawasan berikut:
1. 1. Waktu-to-lepas landas menurun selama bertahun-tahun. Misalnya, waktu-ke-lepas landas untuk produk-produk komunikasi turun dari 8,6 tahun untuk ponsel dengan 3,4 tahun untuk broadband.
2. 2. Perbedaan Negara kuat. Negara yang baru dikembangkan (misalnya, Korea Selatan) di Asia melihat lebih cepat kali-to-lepas landas dari negara-negara Eropa yang didirikan (misalnya, Perancis). Pasar negara berkembang (misalnya, Cina, India, Filipina) masih tertinggal jauh di belakang negara-negara lain: 11 tahun dibandingkan 7 tahun waktu-ke-lepas landas.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
