I was in an airport, with a dear fr

I was in an airport, with a dear friend, after a beautiful vacation and awaiting our flight. We were prepping to get back to the daily routines and talking about life and her job and some other next step things. She was currently at a 'place holder' job while waiting for an opening in a more suitable position.
I was wondering why she didn't just put more time into her part time job that she actually enjoyed and was passionate about, instead of continuing to bore-herself-to-death at a job where she didn't feel purposeful for eight hours a day, jammed in between a two-hour commute each way.
Her answer, "well, I want to buy a house."
This statement sort of surprised me. I thought she was pretty happy with her living situation at that time and she was single, so of course I said, "You want to move? Why do you want to buy a house?

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Aku berada di Bandara, dengan seorang teman, setelah liburan yang indah dan menunggu penerbangan kami. Kami prepping untuk mendapatkan kembali ke rutinitas sehari-hari dan berbicara tentang hidup dan pekerjaannya dan beberapa hal langkah berikutnya. Dia adalah saat ini di 'tempat dudukan' pekerjaan sambil menunggu pembukaan dalam posisi yang lebih cocok.Aku bertanya-tanya mengapa ia tidak hanya menempatkan lebih banyak waktu ke pekerjaan paruh waktu bahwa dia benar-benar menikmati dan bergairah tentang, daripada terus membosankan-sendiri-untuk-kematian di pekerjaan di mana dia tidak merasa tujuan untuk delapan jam sehari, macet di antara dua jam perjalanan setiap jalan. Dia menjawab, "Yah, aku ingin membeli rumah." Pernyataan ini semacam mengejutkan saya. Saya pikir dia cukup senang dengan situasinya hidup pada waktu itu dan dia tunggal, jadi tentu saja aku berkata, "Anda ingin untuk bergerak? Mengapa Anda ingin membeli rumah?

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Aku berada di bandara, dengan seorang teman, setelah liburan yang indah dan menunggu penerbangan kami. Kami prepping untuk kembali ke rutinitas sehari-hari dan berbicara tentang hidup dan pekerjaannya dan beberapa hal lainnya langkah berikutnya. Dia saat ini di 'tempat dudukan' pekerjaan sambil menunggu pembukaan di posisi yang lebih cocok.
Aku bertanya-tanya mengapa ia tidak hanya menempatkan lebih banyak waktu dalam pekerjaan paruh waktu bahwa dia benar-benar menikmati dan bergairah, daripada terus untuk bore-sendiri-untuk-mati pada pekerjaan di mana dia tidak merasa tujuan selama delapan jam sehari, macet di antara dua jam perjalanan setiap jalan.
Jawabannya, "baik, saya ingin membeli rumah."
Ini Pernyataan semacam mengejutkan saya. Saya pikir dia cukup senang dengan kondisi kehidupan pada waktu itu dan ia masih lajang, jadi tentu saja saya katakan, "Kamu ingin pindah? Mengapa Anda ingin membeli rumah?