However, qualitatively,it addresses

However, qualitatively,
it addresses how these interactions brought about
ontological reflection on what “otherness” might constitute
in relation to the ways in which current realities were
framed in terms of risks and chances. Stated differently,
round-table meetings among ROs, risk coordinates, and
risk boards, among others, did not only extend incomplete
digitalized documentation; instead, they enabled individuals
to use risks and chances as devices for questioning
“business as usual”. To us, this enabling resembles what
Butler (2005) refers to as “ec-static movements” (p. 11512) –
the process where the (organizational) self reflects outside
itself in ways that prevents a return to the status quo from
taking place. But, is that intelligent? (Roberts, 2009).
Certainly, when making these movements, subjects
constructed recognition of themselves as accountable. To
the extent that this is all we see, Company X’s risk management
was probably about “nothing” (Power, 2009).

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Namun, kualitatif,ini membahas bagaimana interaksi ini membawaontologis refleksi pada apa "keserbalainan" mungkin merupakanterkait dengan cara-cara di mana saat ini realitas itudibingkai sebagai risiko dan peluang. Dengan kata lain,pertemuan meja bundar antara ROs, koordinat risiko, danrisiko papan, antara lain, tidak hanya meluas tidak lengkapdigitalisasi dokumentasi; Sebaliknya, mereka memungkinkan individuuntuk menggunakan risiko dan kemungkinan sebagai perangkat untuk mempertanyakan"bisnis seperti biasa". Bagi kita, ini memungkinkan menyerupai apaButler (2005) merujuk sebagai "ec-statis gerakan" (p. 11512) –proses dimana diri (organisasi) mencerminkan di luaritu sendiri dalam cara-cara yang mencegah kembali ke status quo dariberlangsung. Tapi, apakah itu cerdas? (Roberts, 2009).Tentu saja, ketika membuat gerakan-gerakan ini, subyekdibangun pengakuan diri sebagai bertanggung jawab. Untuksejauh yang ini adalah semua yang kita lihat, manajemen risiko perusahaan xmungkin tentang "tidak ada" (kekuatan, 2009).