Nick watched her stalk across the r

Nick watched her stalk across the room and cursed under his breath. Hell, he’d done it again. He should’ve complimented her on the damn dress. But nothing had prepared him for her entrance as she walked down the stairs, ready for the party.
The electric blue dress dipped low in the front, clung to the edge of her shoulders, and fell down to the floor in magnificent, flowing folds of shimmering material shot with silver thread. Strappy silver sandals encased her feet, her hot pink toenails peeking out and playing hide and seek as she walked. Her hair was pinned high on her head, with corkscrew curls tumbling around her ears and caressing the back of her neck. Her lips were painted red. When she blinked, her silver shadow threw sparkles over her lashes and caught the light. He bet she’d also catch the attention of every man in the place.
He’d almost ordered her to change. This was no cool sophisticate he could control. This was a full-blown Eve, who dared a man to Hell and made a poison apple seem as sweet as candy. Instead, he’d muttered some remark under his breath and let the subject matter drop. He wondered if that was a flash of hurt in her eyes, but when he looked again, she was the same troublesome, sarcastic woman he’d married.
Anger cut through him at her constant ability to make him feel like shit. He hadn’t said anything wrong. She married for money, and freely admitted it. Why did she have to pretend to play the innocent victim in this whole mess?
He forced thoughts of his wife out of his mind and concentrated on the group of businessmen circling Hyoshi Komo. Nick sensed one important factor to secure the Japanese man’s vote.
Excitement.
Get Hyoshi Komo excited, and Nick had the job.
The last and final piece in the puzzle was Michael Conte. The famous count was well known in the business world for his charm, money, and sharp intelligence. He believed in passion, not preciseness, and behaved completely different from his other two partners. Nick hoped a lively conversation with his wife might help him gain a bit of an edge, especially since gossip pegged Conte as a womanizer. He stifled the quick flare of guilt and stepped into the group of men to speak.
…

Alexa decided it was time to find her husband.
Besides the brief time seated beside him at dinner, they’d been out of each other’s company the whole night. Humming under her breath to the strains of “I Get a Kick out of You”, she checked the room but couldn’t pick him out of the crowd. She decided to make her way down the elaborate hallway. Maybe he’d gone to the bathroom.
Her heels clicked against polished marble. The sounds of the music faded, and she studied the paintings on the wall with pleasure, murmuring to herself when she found one she recognized. Her steps carried her around the next corner into a room that looked more like a gallery, filled with shelves of old, bound books carefully displayed. She held her breath as her fingers itched to caress the binding of old leather and relish the sound of crackling as she turned the pages steeped in history.
“Ah, so to get you to notice me tonight, I should turn into a book, no?”
She spun around. A man stood in the doorway, his eyes filled with a mischievous humor she knew to be a part of his core. His hair was long and caught back in a low ponytail, giving him the look of a pirate who had charmed women for centuries. His lips were full and his nose dominated his strong features in typical Italian style. Dressed in black pants, a black silk shirt, and expensive leather shoes, he exhibited a graceful, seductive air just by standing. Alexa knew immediately the man was charming, warm-hearted, and deadly to women. The thought made a smile curve her lips. She had a soft spot for womanizing Italian men. They reminded her of puffed up peacocks who inwardly wished to be kept in line by the right woman.
“Oh, I noticed you.” She turned her back and resumed her study of the books. “I knew you’d get to me by the end of the night.”
“And were you looking forward to the moment, Signorina?”
“With baited breath. So, should we use one of the bedrooms here or go back to your place?”
A shocked silence descended.
Alexa peeked over her shoulder. A mixture of disappointment and temptation carved out his features. Alexa bet he missed the idea of a chase, but didn’t want to turn down such an offer. A delighted laugh bubbled to her lips at his obvious conflict and sudden loss of confidence.
A knowing light gleamed in dark eyes. “You are teasing, no?”
She turned to face him, still laughing. “I guess I am.”
He shook his head with amusement. “You are a wicked woman to tempt a man like that.”
“You are a wicked man to think a woman would do such a thing.”
“Perhaps, you are right. A woman like you should have a husband watching at all times. Such a treasure could be stolen at any moment.”
“Ah, but if I were a true treasure, I wouldn’t be stolen easily. Certainly not by the first line thrown at me.”
He pretended offense.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Nick melihatnya tangkai seberang ruangan dan mengutuk pelan. Neraka, ia telah melakukannya lagi. Dia harus telah memuji dia gaun sialan. Tapi apa-apa telah mempersiapkan dia untuk masuk anaknya saat dia berjalan menuruni tangga, siap untuk pesta.Gaun biru listrik dicelup rendah di depan, berpaut ke tepi bahunya, dan jatuh ke lantai dalam megah, mengalir lipatan bahan berkilauan ditembak dengan benang perak. Strappy sandal perak terbungkus kakinya, dia panas merah muda kuku kaki mengintip keluar dan bermain petak umpet saat dia berjalan. Rambutnya terjepit tinggi di kepalanya, dengan rambut ikal pembuka tutup botol jatuh di sekitar telinganya dan membelai belakang lehernya. Bibir dicat merah. Ketika dia berkedip, Mengeram perak melemparkan berkilau atas dia bulu mata dan menangkap cahaya. Dia yakin dia juga akan menangkap perhatian dari setiap orang di tempat.Dia hampir telah memerintahkan dia untuk mengubah. Ini adalah tidak sophisticate keren yang ia dapat mengendalikan. Ini adalah malam full-blown, yang berani seorang neraka dan membuat racun apel tampak manis seperti permen. Sebaliknya, ia bergumam beberapa komentar di bawah napas dan membiarkan subjek drop. Ia bertanya-tanya jika itu flash yang terluka di matanya, tetapi ketika ia melihat lagi, dia adalah sama repot, sarkastik wanita dia telah menikah.Kemarahan potong melalui dia pada kemampuannya konstan untuk membuatnya merasa seperti sampah. Dia tidak mengatakan sesuatu yang salah. Dia menikah untuk uang, dan bebas mengakui itu. Mengapa dia harus berpura-pura bermain korban yang tak berdosa di seluruh kekacauan ini?Ia dipaksa pikiran istrinya keluar dari pikiran dan terkonsentrasi pada sekelompok pengusaha yang berputar-putar Hyoshi Komo. Nick merasakan salah satu faktor penting untuk mengamankan suara pria Jepang.Kegembiraan.Dapatkan Hyoshi Komo bersemangat, dan Nick memiliki pekerjaan.Bagian terakhir dan terakhir dalam teka-teki adalah Michael Conte. Menghitung terkenal terkenal dalam dunia bisnis untuk pesonanya, uang, dan tajam kecerdasan. Ia percaya gairah, tidak preciseness, dan berperilaku sama sekali berbeda dari dua mitra lainnya. Nick berharap percakapan yang hidup dengan istrinya mungkin membantu dia mendapatkan sedikit tepi, terutama karena gosip dipatok Conte sebagai seorang yang gila perempuan. Dia menahan suar cepat bersalah dan melangkah ke dalam kelompok orang-orang untuk berbicara.…Alexa memutuskan itu adalah waktu untuk menemukan suami.Selain waktu singkat duduk di samping dia saat makan malam, mereka telah keluar dari masing-masing perusahaan sepanjang malam. Bersenandung pelan ke galur "Saya mendapatkan menendang keluar dari Anda", dia memeriksa kamar tetapi tidak bisa memilih dia keluar dari kerumunan. Dia memutuskan untuk membuat perjalanan menyusuri lorong rumit. Mungkin dia telah pergi ke kamar mandi.Sepatu diklik terhadap poles marmer. Suara musik memudar, dan dia belajar lukisan di dinding dengan kesenangan, penggerutu kepada dirinya sendiri ketika ia menemukan salah satu yang dia diakui. Langkah-langkah membawanya di sekitar tikungan berikutnya dalam ruangan yang tampak lebih seperti sebuah galeri, diisi dengan rak tua, buku-buku yang terikat dengan hati-hati ditampilkan. Dia memegang dia napas sebagai itched jarinya untuk membelai pengikatan kulit tua dan menikmati suara berderak ketika dia berpaling halaman-halaman yang penting dalam sejarah."Ah, sehingga untuk mendapatkan Anda untuk melihat saya malam ini, aku harus berubah menjadi sebuah buku, tidak?"Ia berputar-putar. Laki-laki berdiri di pintu, matanya penuh dengan humor nakal yang dia tahu untuk menjadi bagian dari inti nya. Rambutnya panjang dan ditangkap kembali di ekor kuda rendah, memberinya tampilan bajak laut yang telah terpesona perempuan selama berabad-abad. Bibirnya penuh dan hidungnya didominasi nya fitur yang kuat dalam gaya khas Italia. Berpakaian hitam celana, kemeja sutra hitam dan sepatu kulit mahal, ia dipamerkan sebuah anggun, menggoda air hanya dengan berdiri. Alexa tahu segera pria yang menawan, ramah, dan mematikan untuk wanita. Pemikiran ini membuat senyum kurva bibirnya. Dia punya soft spot untuk pria Italia womanizing. Mereka mengingatkan dia sombong burung merak yang dalam hati berharap yang akan disimpan di line oleh wanita yang tepat."Oh, aku melihat Anda." Dia berbalik dan melanjutkan studinya buku. "Saya tahu Anda akan mendapatkan saya pada akhir malam.""Dan Anda menantikan saat Signorina?""Dengan napas terpancing. Jadi, harus kita menggunakan salah satu kamar tidur di sini atau pergi kembali ke tempat Anda?"Keheningan terkejut turun.Alexa mengintip atas bahunya. Campuran kekecewaan dan godaan mengukir fitur nya. Alexa yakin ia merindukan gagasan tentang mengejar, tapi tidak ingin menolak tawaran seperti itu. Senang tertawa menggelegak ke bibirnya di jelas konflik dan tiba-tiba kehilangan kepercayaan.Cahaya yang mengetahui yang berkilau di mata gelap. "Anda adalah menggoda, tidak?"Dia berbalik menghadapi dia, masih tertawa. "Kurasa aku."Ia menggelengkan kepala dengan geli. "Anda adalah seorang wanita yang jahat untuk menggoda pria seperti itu.""Anda adalah orang jahat untuk berpikir seorang wanita akan melakukan hal seperti itu.""Mungkin, Anda tepat. Seorang wanita seperti Anda harus memiliki suami menonton sepanjang waktu. Sebuah harta karun bisa dicuri kapanpun.""Ah, tapi olah harta, saya tidak akan dicuri dengan mudah. Tentu saja bukan oleh baris pertama dilemparkan pada saya."Ia berpura-pura pelanggaran.