“Jangan lama-lama. Sebelum tengah malam sebaiknya kau sudah kembali.”  terjemahan - “Jangan lama-lama. Sebelum tengah malam sebaiknya kau sudah kembali.”  Bahasa Indonesia Bagaimana mengatakan

“Jangan lama-lama. Sebelum tengah m

“Jangan lama-lama. Sebelum tengah malam sebaiknya kau sudah kembali.” Kepala gadis pirang menyembul dari pintu kamar. “Emma... Emma...” Panggilan tidak terjawab. “Kau belum pergikan? Emma… Emma, jawab aku?” Mencari yang dipanggil, gadis pirang berjalan ke luar kamar. Ia hanya mengenakan lingerie chest lifter merah muda transparan yang menampilkan buah dadanya menonjol penuh pesona. “Jangan main-main, Emma!” Terus mencari sambil memberikan ancaman.

“Emma, di mana kau?” Gadis pirang membuka daun pintu kamar lain. “Tidak tahu diri! Kau pergi tidak pamitan.” Suara mengumpat kesal. Tanpa hasil, ia mencari keliling. “Kurang ajar! Ia benar-benar pergi diam-diam.” Makinya kembali bernada putus asa.

“Huuuahhhh…” Teriakan muncul tiba-tiba dari balik tirai kain gorden unggu.

“Lepaskan! Jangan kurang ajar kau.” Dua tangan mendekap dari belakang. “Emma lepaskan tanganmu!” Gadis pirang mengulang. “Emma…” Kali ini ia menarik lepas dua tangan yang mendekap dari belakang dan menempel erat pada buah dada. Begitu gadis pirang melepaskan diri. “Kau bisa merusak lingerie kesayanganku.” Tangan kanan gadis pirang membetulkan kembali posisi lingerie yang sedikit melorot miring.

“Aku akan meminta John mengantar pulang selambatnya jam sepuluh.”

“Itu terlalu malam!”

“Jam sepuluh belum lewat tengah malam.”

“Cobalah lebih awal.”

“Tidak Amanda. Aku pulang jam sepuluh.” Emma menolak permintaan Amanda.

“Aku terlalu lama menunggu. Itu membosankan.”

“Kau bisa menonton acara televisi, mendengar musik, streaming video di Youtube… ah, terserah saja, apa pun bisa kau lakukan…” Emma terdengar jengkel.

“Emma, pulanglah lebih cepat…” Amanda memohon.

“Aku tidak janji.” Emma berjalan ke kamar meninggalkan Amanda. Saat kembali tangannya sudah menenteng tas hitam. Ia bersiap pergi.

“Emmaa…”

“Tidak. Jam sepuluh, titik!” Langsung ada penolakan.

“Sehabis makan malam, kau bisa membawa John ke rumah. Kalian leluasa bercengkrama di sini.”

“Leluasa?”

“Ehm… aku tidak akan mengganggu kalian.” Sambil menunduk, suara Amanda lirih.

“Amanda… Amanda… bukan aku dan John yang terganggu. Justru dirimu yang terganggu.”

“Aku? Mengapa aku terganggu?”

“Berlagak bodoh! Apa yang kau lakukan di sini. Tidur meraba-raba pangkal paha, kau meremas-remah buah dada, sambil sesekali mengintip diriku bergerak liar penuh kenikmatan duduk di atas milik John. Aku lihat sendiri, peluhmu berderai tidak ubahnya aku dan John sehabis saling memacu. Bagaimana? Kau mau mengelak?” Sergapan kata-kata Emma membuat Amanda menunduk. “Sudahlah, aku tidak akan terlambat pulang.” Tangan Emma memegang pundak Amanda, suaranya terdengar penuh kasihan. “Berjanjilah pulang jam sepuluh.” Amanda berdiri dan masuk kamar. “Saat aku pergi, jangan lupa mengunci pintu.” Suara Emma dari luar kamar.


***


“Mengapa belum juga pulang?” Mata Amanda melihat pada handphone, 11:25 AM. Sepuluh digit angka pada keypad handphone dipencet. Tidak ada nada terima. Sudah sejak jam sebelas tadi, Amanda menghubungi Emma namun tidak tersambung. “Emma mematikan handphone. Sungguh keterlaluan!” Gerutu Amanda. Gagal menelpon Emma, Amanda meraih earphone dan memasang ke telinga kembali mendengar lagu-lagu.

TOKKK… TOKKK… TOKKK…

“Akhirnya kembali…” Menanggalkan earphone, Amanda bergegas meloncat dari tempat tidur lalu meraih piyama dan berjalan ke luar kamar. “Tunggu sebentar, aku akan membukakan pintu.” Dua kali Amanda memutar anak kunci.

“Hei…” Teriakan kaget Amanda. Belum sempat ia menarik pegangan daun pintu, dorongan keras dari luar menghempasnya hingga terjatuh duduk.

“Diam.” Satu telapak tangan besar membekap mulut Amanda. Cepat kaki pembekap mendepak menutup daun pintu. Tangan lain mengapai meraih anak kunci dan memutarnya dua kali. Kepala Amanda sedikit tersentak, namun tidak dapat bergerak. “Aku tidak akan menyakitimu!” Dalam bekapan, Amanda melihat tegas wajah yang bersuara begitu dekat. Bola mata Amanda memancarkan ketakutan dan basah bersimbah hingga menetes deras jatuh dari pipi. “Kau sendirian di sini?” Di bawah bayang ketakutan dan menangis sesenggukan, Amanda mengangguk. “Jangan celakai dirimu sendiri!” Pistol hitam berperedam diperlihatkan. “Berjanjilah tidak macam-macam!” Amanda mendapat ancaman. Dekapan mengendor dari mulut Amanda. Takut-takut Amanda berpaling ke belakang. Bersamanya berjongkok, laki-laki asing mengenakan jaket gelap. Tidak sempat melihat lebih jauh, Amanda ditarik paksa bangun. “Bawa aku keliling!” Tangan laki-laki asing kuat mencekal lengan Amanda. Tidak butuh waktu lama Amanda memenuhi keinginan laki-laki asing. “Di mana pemutus aliran listrik? Tunjukkan kepadaku!” Amanda didorong berjalan. Tidak sulit menemukan yang diminta.

KLIK!

Aliran listrik sudah dipadamkan. “Ingat, jangan buat dirimu celaka!” Ancaman di tengah kegelapan. Mata Amanda telah menyesuaikan dengan kegelapan. Ia dapat melihat dalam keremangan. Sambil mencekal kuat lengan Amanda, laki-laki asing menyibak tirai kain gorden penutup jendela. Ia mengarahkan pandangan ke luar mengamati. “Duduklah!” Lengan Amanda ditarik paksa ke bawah. Gemetar Amanda duduk bersisihan di balik pintu.

“Mereka datang!” Laki-laki asing berdiri sigap. Ia melihat cahaya lampu mobil masuk menembus kain gorden.

“Emma…” Takut akan ancaman, Amanda hanya memanggil lirih sambil menutup mulut.

“Mereka tidak mengincarmu. Aku yang mereka cari. Tetaplah di sini.” Amanda mendapat bisikan peringatan. Pelan anak kunci kembali diputar. Mengeser tubuh Amanda rapat ke dinding, perlahan pintu dibuka. Cepat laki-laki asing menunduk menyelinap keluar. Ia sudah menghilang di kegelapan.


***


Lima puluh meter di depan, tiga bayangan keluar dari mobil. Semua berpakaian rapih dengan kabel kecil tipis teruntai di telinga masing-masing. Mereka berkumpul sesaat. “Sam, kau di sisi kiri. Ron kanan. Aku dari depan.” Singkat saja bunyi petunjuk ke mana mereka akan bergerak. “Jangan biarkan lolos. Berhati-hatilah!” Didahului peringatan, mereka berjalan mengendap dan memencar sesuai petunjuk sebelumnya. Saat bergerak masing-masing sudah membekali diri dengan senjata api dalam genggaman.

Sepuluh meter orang yang bertugas mendekati kediaman Amanda dari sisi kanan berhenti melangkah. “Ron, hati-hati… aku melihat bayangan bergerak ke arahmu.” Satu peringatan terdengar dari alat yang melekat di telinga. “Ehm, aku akan waspada.” Peringatan dijawab sambil meneruskan mengendap mendekati bangunan. “Aku telah melihatnya.” Yang dipanggil Ron pun mempercepat langkah menunduk sambil menyamarkan diri di balik tanaman di sisi kanan bangunan. “Secepatnya habisi dia.”

Tidak lebih dari hitungan lima detik, tiga pijaran menyala dari benda dalam genggaman, diiringi suara letupan sekalipun tidak keras menggelegar. “Aku telah menembaknya…” Tiga kali ia telah menarik pelatuk pistol otomatis berperedam. “Ron, jangan gegabah…” Mendengar kembali suara peringatan, Ron mengendap-endap bergerak mendekat pada sasaran yang telah dibidiknya. Dari balik sela-sela tanaman, Ron melihat satu tubuh pria berbalut jaket gelap terbaring di rumput.

“Aku telah membunuhnya!” Ron melaporkan. “Tetaplah waspada!” Tidak mengacuhkan peringatan, Ron menampakkan diri dan melangkah mendekat. Baru dua langkah ke depan, sosok di tanah membalik cepat dan mengacungkan tangan ke arah Ron. Dua kali suara letusan pistol menyalak.

BRUGG…

“Ron… Ron… Ron…” Panggilan tidak berbalas. “Sial!” Umpatan diserukan, tahu mengapa panggilan tidak mendapat jawaban. “Sam… Sam… amankan posisimu!” Bergegas memerintah yang lain.

Pria berjaket gelap telah bangun. Pistolnya tetap siaga di tangan. Sambil membungkuk, penuh kewaspadaan bergerak cepat menghampir korbannya. Tangan kirinya menjulur ke bawah mengambil pistol dari genggaman tangan korban yang terbujur diam. Cepat ia berlari merunduk menyelinap di antara sela-sela tanaman.


***


Sepuluh menit mungkin bukan waktu yang lama. Tetapi tidak demikian bagi Amanda. Tempo sepuluh menit benar-benar terasa amat lama dan sangat menyiksa. Di kediamannya sendiri, ia dihantui suasana penuh mencekam. Duduk di balik pintu, Amanda membenamkan wajah pada lutut yang didekap rapat. Lebih dari belasan kali, ia mendengar suara tembak-menembak. Memang, tidak menggelar memekakkan telinga namun suara tembakan telah meluruhkan hati. Ia ketakutan setengah mati. Karena takut, setiap kali suara tembakan didengar ia mengejang. Sepanjang hidup belum pernah Amanda sedemikian ketakutan. Saat ini ia sungguh sedang dihampiri sang maut.

“Siapa?” Amanda gemetar bertanya manakala pintu berderit dibuka dari luar. Sudah lima menit ia tidak lagi mendengar suara tembak-menembak. “Bagus, kau tidak melarikan diri. Sementara keadaan sudah aman.” Amanda mengenali siapa yang telah menyusup masuk. “Bangunlah.” Amanda tidak sanggup bangun. Dua kakinya terasa lunglai. Ia tidak mampu bergerak. Satu tarikan pada lengan telah membuatnya bangun.

BUUKKK…

Tubuh Amanda meluruh. Satu pukulan pada tengkuk membuatnya tidak sadarkan diri. Tidak membiarkan tubuh Amanda terbanting di lantar, laki-laki asing meraih dan membopong. Dengan membiarkan pintu sedikit terbuka, ia berjalan cepat membawa Amanda ke arah di mana mobil terparkir. Tanpa menurunkan tubuh Amanda, ia membungkuk melonggok ke arah setir. Kunci terlihat masih terpasang pada lobang starter. Mudah pintu mobil dibuka olehnya, meletakkan tubuh Amanda di jok belakang, menutup pintunya rapat lalu membuka pintu depan, dan masuk ke dalam mobil menempatkan diri di depan kemudi. Begitu mesin dinyalakan, mobil pun segera dipacu melaju.


***


“Uhh…” Mata Amanda masih belum terbuka saat melenguh. Kepalanya menggeleng-geleng berusaha melepaskan rasa sakit pada tengkuk. “Kau…” Amanda berusaha bangun. Rasa takut masih mendekam padanya. Refleks ia beringsut mundur menjauh sambil mendekapkan dua tangan di depan dada. “Lepaskan aku…” Amanda memohon, sayu memandang meminta belas kasihan. Laki-laki as
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Bahasa Indonesia) 1: [Salinan]
Disalin!
"Jangan lama-lama. Sebelum tengah malam sebaiknya kau s kembali." Kepala gadis pirang menyembul dari pintu kamar. "Emma... Emma..." Panggilan tidak terjawab. "Kau belum pergikan? Emma... Emma, jawab aku?" Mencari yang dipanggil, gadis pirang berjalan ke luar kamar. Ia hanya mengenakan pakaian dada pengangkat merah muda transparan yang Tagclient buah dadanya menonjol penuh pesona. "Jangan main-main, Emma!" Terus mencari sambil memberikan ancaman. "Emma, di mana kau?" Gadis pirang membuka daun pintu kamar lain. "Tidak tahu diri! Kau pergi tidak pamitan." Suara mengumpat kesal. Tanpa hasil, ia mencari keliling. "Kurang terbuka! Ia menu-menu pergi diam-diam." Makinya kembali bernada putus asa."Huuuahhhh..." Teriakan muncul tiba-tiba dari balik tirai kain unggu gorden. "Lepaskan! Jangan kurang ajar kau." Dua tangan mendekap dari belakang. "Emma lepaskan tanganmu!" Gadis pirang mengulang. "Emma..." Kali ini ia menarik lepas dua tangan yang mendekap dari belakang dan menempel erat pada buah dada. Begitu gadis pirang melepaskan diri. "Kau bisa merusak pakaian kesayanganku." Tangan kanan gadis pirang membetulkan kembali posisi lingerie yang sedikit melorot miring. "Aku akan meminta John mengantar pulang selambatnya jam sepuluh.""Itu terlalu malam!""Jam sepuluh belum lewat tengah malam.""Cobalah lebih awal." "Tidak Amanda. Aku pulang selai sepuluh." Emma menolak permintaan Amanda."Aku terlalu lama menunggu. Itu membosankan.""Kau bisa menonton acara televisi, mendengar musik, streaming video di Youtube... ah, terserah saja, apa pun bisa kau lakukan..." Emma terdengar jengkel."Emma, pulanglah lebih cepat..." Amanda memohon."Aku tidak janji." Emma berjalan ke kamar meninggalkan Amanda. Saat kembali tangannya s menenteng tas hitam. Ia bersiap pergi."Emmaa..." "Tidak. Jam sepuluh, titik!" Langsung ada penolakan."Sehabis makan malam, kau bisa novelnya John ke rumah. Kalian leluasa bercengkrama di sini.""Leluasa?""Ehm... aku tidak akan mengganggu kalian." Sambil menunduk, suara Amanda lirih."Amanda... Amanda... bukan aku dan Yohanes yang terganggu. Justru dirimu yang terganggu.""Aku? Mengapa aku terganggu?""Berlagak bodoh! Apa yang kau lakukan di sini. Tidur meraba-raba pangkal paha, kau meremas-remah buah dada, sambil sesekali mengintip diriku bergerak pembohong penuh semisal duduk di atas milik Yohanes. Aku lihat sendiri, peluhmu berderai tidak ubahnya aku dan John sehabis saling memacu. Bagaimana? Kau mau mengelak?" Sergapan kata-kata Emma membuat Amanda menunduk. "Sudahlah, aku tidak akan terlambat pulang." Tangan Emma memegang pundak Amanda, suaranya terdengar penuh kasihan. "Berjanjilah pulang selai sepuluh." Amanda berdiri dan masuk kamar. "Saat aku pergi, jangan lupa mengunci pintu." Suara Emma dari luar kamar.***"Mengapa belum juga pulang?" Mata Amanda terangkai pada ponsel, 11:25 AM. Sepuluh digit angka pada keypad ponsel dipencet. Tidak ada nada terima. S sejak selai sebelas tadi, Amanda menghubungi Emma namun tidak tersambung. "Emma mematikan ponsel. Sungguh keterlaluan!" Gerutu Amanda. Gagal menelpon Emma, Amanda meraih earphone dan memasang ke kerajaan kembali mendengar lagu-lagu.TOKKK... TOKKK... TOKKK..."Akhirnya kembali..." Menanggalkan earphone, Amanda bergegas meloncat dari tempat tidur lalu meraih piyama dan berjalan ke luar kamar. "Wait Minute, aku akan membukakan pintu." Dua kali Amanda memutar anak kunci. "Hei..." Teriakan kaget Amanda. Belum sempat ia menarik pegangan daun pintu, dorongan keras dari luar menghempasnya hingga terjatuh duduk. "Diam." Satu telapak tangan besar membekap mulut Amanda. Cepat kaki pembekap mendepak menutup daun pintu. Tangan lain mengapai meraih anak kunci dan memutarnya dua kali. Kepala Amanda sedikit tersentak, namun tidak dapat bergerak. "Aku tidak akan menyakitimu!" Dalam bekapan, Amanda terangkai tegas wajah yang bersuara begitu dekat. Bola mata Amanda memancarkan ketakutan dan basah bersimbah hingga menetes deras jatuh dari pipi. "Kau sendirian di sini?" Di bawah bayang ketakutan dan menangis sesenggukan, Amanda mengangguk. "Jangan celakai dirimu sendiri!" Pistol berperedam hitam diperlihatkan. "Berjanjilah tidak macam-macam!" Amanda mendapat ancaman. Dekapan mengendor dari mulut Amanda. Takut-takut Amanda berpaling ke belakang. Bersamanya berjongkok, laki-laki asing mengenakan jaket gelap (album). Tidak sempat terangkai lebih jauh, Amanda ditarik paksa bangun. "Bawa aku keliling!" Tangan laki-laki asing kuat mencekal lengan Amanda. Tidak butuh waktu lama Amanda memenuhi keinginan laki-laki asing. "Di mana pemutus aliran listrik? Tunjukkan kepadaku!" Amanda didorong berjalan. Tidak sulit menemukan yang diminta. KLIK!Aliran listrik s dipadamkan. "Ingat, jangan buat dirimu celaka!" Ancaman di tengah kegelapan. Mata Amanda tlah menyesuaikan dengan kegelapan. Ia dapat terangkai dalam keremangan. Sambil mencekal kuat lengan Amanda, laki-laki asing menyibak tirai kain gorden penutup jendela. Ia mengarahkan dangdutnya ke luar mengamati. "Duduklah!" Lengan Amanda ditarik paksa ke bawah. Gemetar Amanda duduk bersisihan di balik pintu. "Mereka yang datang!" Laki-laki asing berdiri sigap. Ia terangkai cahaya lampu mobil masuk menembus kain gorden."Emma..." Takut akan ancaman, Amanda hanya memanggil lirih sambil menutup mulut."Mereka tidak mengincarmu. Aku yang mereka cari. Tetaplah di sini." Amanda mendapat bisikan peringatan. Pelan anak kunci kembali diputar. Mengeser tubuh Amanda rapat ke dinding, perlahan pintu dibuka. Cepat laki-laki asing menunduk menyelinap keluar. Ia s menghilang di kegelapan. ***Lima puluh meter di depan, tiga bayang-bayang keluar dari mobil. Rukan berpakaian rapih dengan kabel kecil tipis teruntai di kerajaan masing-masing. Mereka berkumpul sesaat. "Sam, kau di sisi kiri. Ron kanan. Aku dari depan." Singkat saja bunyi petunjuk ke mana mereka akan bergerak. "Jangan biarkan lolos. Berhati-hatilah!" Roasting peringatan, mereka berjalan mengendap dan memencar sesuai petunjuk sebelumnya. Saat bergerak masing-masing s membekali diri dengan senjata api dalam genggaman. Sepuluh meter orang yang bertugas mendekati kediaman Amanda dari sisi kanan berhenti melangkah. "Ron, hati-hati... aku terangkai bayang-bayang bergerak ke arahmu." Satu peringatan terdengar dari alat yang seminar di kerajaan. "Ehm, aku akan waspada." Peringatan dijawab sambil meneruskan mengendap mendekati bangunan. "Aku tlah melihatnya." Yang dipanggil Ron pun mempercepat langkah menunduk sambil menyamarkan diri di balik tanaman di sisi kanan bangunan. "Secepatnya habisi dia." Tidak lebih dari hitungan lima detik, tiga pijaran menyala dari benda dalam genggaman, diiringi suara letupan sekalipun tidak keras menggelegar. "Aku tlah menembaknya..." Tiga kali ia tlah menarik pelatuk pistol otomatis berperedam. "Ron, jangan gegabah..." Mendengar kembali suara peringatan, Ron mengendap-endap bergerak mendekat pada sasaran yang tlah dibidiknya. Dari balik sela-sela tanaman, Ron terangkai satu tubuh pria berbalut jaket gelap (album) terbaring di rumput. "Aku tlah membunuhnya!" Ron melaporkan. "Tetaplah waspada!" Tidak mengacuhkan peringatan, Ron menampakkan diri dan melangkah mendekat. Baru dua langkah ke depan, sosok di tanah membalik cepat dan mengacungkan tangan ke arah Ron. Dua kali suara letusan pistol menyalak.BRUGG..."Ron... Ron... Ron..." Panggilan tidak berbalas. "Sial!" Umpatan diserukan, tahu mengapa panggilan tidak mendapat jawaban. "Sam... Sam... amankan posisimu!" Bergegas memerintah yang lain.Pria berjaket gelap (album) tlah bangun. Pistolnya tetap siaga di tangan. Sambil membungkuk, penuh kewaspadaan bergerak cepat menghampir korbannya. Tangan kirinya menjulur ke bawah mengambil pistol dari genggaman tangan korban yang terbujur diam. Cepat ia berlari merunduk menyelinap di antara sela-sela tanaman. ***Sepuluh menit mungkin bukan waktu yang lama. Tetapi tidak demikian bagi Amanda. Tempo sepuluh menit menu-menu terasa amat lama dan sangat menyiksa. Di kediamannya sendiri, ia dihantui suasana penuh mencekam. Duduk di balik pintu, Amanda membenamkan wajah pada lutut yang didekap rapat. Lebih dari belasan kali, ia mendengar suara tembak-menembak. Memang, tidak menggelar memekakkan kerajaan namun suara tembakan tlah meluruhkan hati. Ia ketakutan setengah mati. Karena takut, setiap kali suara tembakan didengar ia mengejang. Sepanjang hidup belum pernah Amanda sedemikian ketakutan. Saat ini ia sungguh sedang dihampiri menyanyikan maut."Siapa?" Amanda gemetar bertanya manakala pintu berderit dibuka dari luar. S lima menit ia tidak lagi mendengar suara tembak-menembak. "Bagus, kau tidak melarikan diri. Sementara keadaan s aman." Amanda mengenali siapa yang tlah menyusup masuk. "Bangunlah." Amanda tidak memuat bangun. Dua kakinya terasa lunglai. Ia tidak mampu bergerak. Satu tarikan pada lengan tlah membuatnya bangun. BUUKKK...Tubuh Amanda meluruh. Satu pukulan pada tengkuk membuatnya tidak sadarkan diri. Tidak membiarkan tubuh Amanda terbanting di lantar, laki-laki asing meraih dan membopong. Dengan membiarkan pintu terbuka sedikit, ia berjalan cepat novelnya Amanda ke arah di mana mobil terparkir. Tanpa menurunkan tubuh Amanda, ia membungkuk melonggok ke arah setir. Kunci terlihat masih terpasang pada lobang starter. Mudah pintu mobil dibuka olehnya, meletakkan tubuh Amanda di jok belakang, menutup pintunya rapat lalu membuka pintu depan, dan masuk ke dalam mobil menempatkan diri di depan kemudi. Begitu mesin dinyalakan, mobil pun segera dipacu melaju.***"Uhh..." Mata Amanda masih belum terbuka saat melenguh. Kepalanya menggeleng-geleng berusaha melepaskan rasa sakit pada tengkuk. "Kau..." Amanda berusaha bangun. Rasa takut masih mendekam padanya. Refleks ia beringsut mundur menjauh sambil mendekapkan dua tangan di depan dada. "Lepaskan aku..." Amanda memohon, sayu memandang meminta belas kasihan. Laki-laki sebagai
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
Hasil (Bahasa Indonesia) 2:[Salinan]
Disalin!
"Jangan lama-lama. SEBELUM Tengah Malam sebaiknya Kau Sudah Kembali. "Kepala gadis pirang menyembul Dari Pintu KAMAR. "Emma ... Emma ..." Panggilan TIDAK terjawab. "Kau Belum pergikan? Emma ... Emma, ​​aku jawab? "Mencari Yang dipanggil, gadis pirang Berjalan KE-luar KAMAR. Ia Hanya mengenakan lingerie dada pengangkat merah muda transparan Yang menampilkan buah dadanya menonjol Penuh pesona. "Jangan main-main, Emma!" Terus Mencari Sambil Ancaman memberikan. "Emma, ​​di mana Kau?" Gadis pirang Membuka Pintu daun KAMAR lain. "TIDAK industri tahu Diri! Kau pergi TIDAK pamitan. "Suara mengumpat kesal. Tanpa hasil temuan, besarbesaran Mencari Keliling. "Kurang ajar! Ia Benar-Benar Pergi diam-diam. "Makinya Kembali Bernada putus asa." Huuuahhhh ... "Muncul Teriakan Tiba-Tiba Dari balik Tirai kain gorden unggu." Lepaskan! Jangan Kurang ajar Kau. "Dua serbi mendekap Dari Belakang. "Emma Lepaskan tanganmu!" Gadis pirang mengulang. "Emma ..." Kali Suami besarbesaran menarik lepas doa serbi Yang mendekap Dari Belakang Dan menempel Erat PADA buah dada. BeGiTu gadis pirang melepaskan Diri. "Kau Bisa merusak pakaian kesayanganku." Tangan Kanan gadis pirang membetulkan Kembali posisi lingerie Yang sedikit melorot Miring. "Aku akan meminta John mengantar Pulang selambatnya jam Sepuluh." "Itu Terlalu Malam!" "Jam Sepuluh Belum lewat Tengah Malam." "Cobalah Awal LEBIH. "" TIDAK Amanda. Aku Pulang jam Sepuluh. "Emma menolak permintaan Negara Amanda." Aku terlalu lama Menunggu. Itu membosankan. "" Kau Bisa menonton Acara Televisi, mendengar musik, streaming video di Youtube ... ah, terserah Saja, pun Apa Bisa Kau lakukan ... "Emma jengkel terdengar." Emma, ​​Pulanglah LEBIH Cepat ... "Amanda memohon." Aku Tidak Janji . "Emma Berjalan KE KAMAR Meninggalkan Amanda. Saat Kembali tangannya menenteng tas hitam Sudah. Ia Bersiap Pergi. "Emmaa ..." "TIDAK. Jam Sepuluh, Titik! "Langsung ADA penolakan." Sehabis Makan Malam, Kau Bisa membawa John KE rumah. Kalian leluasa bercengkrama here. "" Leluasa? "" Ehm ... Aku Tidak akan mengganggu Kalian. "Sambil menunduk, Suara Amanda Lirih." Amanda ... Amanda ... Bukan aku dan John Yang terganggu. Justru dirimu Yang terganggu. "" Aku? MENGAPA aku terganggu? "" Berlagak bodoh! Apa Yang Kau lakukan here. Tidur Meraba-raba Pangkal Paha, Kau meremas-remah buah dada, Sambil sesekali mengintip diriku Bergerak pembohong Penuh kenikmatan Duduk di differences Milik John. Aku lihat Sendiri, peluhmu berderai TIDAK ubahnya aku dan John sehabis saling memacu. Bagaimana? Kau mau mengelak? "Sergapan kata-kata Emma MEMBUAT Amanda menunduk. "Sudahlah, Aku Tidak akan Terlambat Pulang." Tangan Emma memegang Pundak Amanda, suaranya terdengar Penuh Kasihan. "Berjanjilah Pulang jam Sepuluh." Amanda Berdiri Dan MASUK KAMAR. "Saat Aku Pergi, Jangan lupa mengunci Pintu." Suara Emma Dari-luar KAMAR. *** "MENGAPA Belum JUGA Pulang?" Mata Amanda Melihat hal PADA handphone, 11:25. Sepuluh digit Angka keypad PADA handphone dipencet. TIDAK ADA nada terima. Sudah sejak jam Sebelas Tadi, Amanda menghubungi Emma namun TIDAK tersambung. "Emma handphone Mematikan. Keterlaluan Sungguh! "Gerutu Amanda. Gagal menelpon Emma, ​​Amanda Meraih earphone Dan memasang KE Telinga Kembali mendengar lagu-lagu. TOKKK ... TOKKK ... TOKKK ... "Akhirnya Kembali ..." Menanggalkan earphone, Amanda bergegas meloncat Dari Tempat Tidur Lalu Meraih piyama Dan Berjalan KE-luar KAMAR. "Tunggu Sebentar, aku akan membukakan Pintu." Dua kali Amanda memutar Anak kunci. "Hei ..." Teriakan kaget Amanda. Belum Sempat besarbesaran menarik pegangan daun Pintu, dorongan keras Dari-luar menghempasnya Hingga terjatuh Duduk. "Diam." Satu Telapak Tangan gede membekap Mulut Amanda. Cepat kesemek pembekap mendepak Menutup Pintu daun. Tangan berbaring mengapai Meraih Anak kunci Dan memutarnya doa kali. Kepala Amanda sedikit tersentak, namun TIDAK DAPAT Bergerak. "Aku Tidak akan menyakitimu!" ​​Dalam bekapan, Amanda Melihat hal tegas Wajah Yang bersuara BeGiTu Dekat. Bola mata Amanda ketakutan memancarkan Dan basah bersimbah Hingga menetes deras Jatuh Dari pipi. "Kau Sendirian here?" Di Bawah bayang ketakutan Dan Menangis sesenggukan, Amanda mengangguk. "Jangan celakai dirimu Sendiri!" Pistol hitam berperedam diperlihatkan. "Berjanjilah TIDAK macam-macam!" Amanda mendapat Ancaman. Dekapan mengendor Dari Mulut Amanda. Takut-Takut Amanda berpaling KE Belakang. Bersamanya berjongkok, laki-laki Asing mengenakan jaket Gelap. TIDAK Sempat Melihat hal LEBIH JAUH, Amanda ditarik Paksa bangun. "Keliling Bawa aku!" Tangan laki-laki Asing KUAT mencekal Lengan Amanda. TIDAK butuh Waktu lama Amanda memenuhi keinginan laki-laki Asing. "Di mana pemutus Aliran Listrik? Tunjukkan kepadaku! "Amanda didorong Berjalan. TIDAK Sulit menemukan Yang Diminta. KLIK! Aliran LISTRIK Sudah dipadamkan. "Ingat, Jangan buat dirimu celaka!" Di Ancaman Tengah Kegelapan. Mata Amanda Telah menyesuaikan DENGAN Kegelapan. Ia DAPAT Melihat hal hearts keremangan. Sambil mencekal KUAT Lengan Amanda, laki-laki Asing menyibak kain gorden Tirai Penutup Jendela. Ia mengarahkan pandangan KE-luar mengamati. "Duduklah!" Lengan Amanda ditarik Paksa KE Bawah. Gemetar Amanda Duduk bersisihan di balik Pintu. "Mereka Datang!" Laki-laki Asing Berdiri sigap. Ia Melihat hal cahaya lampu mobil MASUK Menembus kain gorden. "Emma ..." Takut Ancaman akan, Amanda Hanya memanggil Lirih Sambil Menutup Mulut. "Mereka TIDAK mengincarmu. Aku Yang mereka cari. Tetaplah here. "Amanda mendapat Peringatan Bisikan. Pelan Anak kunci Kembali diputar. Mengeser Tubuh Amanda Rapat KE Dinding, perlahan Pintu Dibuka. Cepat laki-laki Asing menunduk menyelinap Keluar. Ia Sudah Menghilang di Kegelapan. *** Lima puluh meteran di Depan, Tiga Bayangan Keluar Dari mobil. * Semua berpakaian rapih DENGAN Kabel Kecil tipis teruntai di Telinga masing-masing. Mereka berkumpul Sesaat. "Sam, Kau di Sisi kiri. Ron Kanan. Aku Dari Depan. "Singkat Saja Bunyi Petunjuk KE mana mereka akan Bergerak. "Jangan Biarkan lolos. Berhati-hatilah! "Didahului Peringatan, mereka Berjalan mengendap Dan memencar Sesuai Petunjuk sebelumnya. Saat Bergerak masing-masing Sudah membekali Diri DENGAN Senjata api hearts genggaman. Sepuluh meteran orangutan Yang bertugas mendekati kediaman Amanda Dari Sisi Kanan Berhenti Melangkah. "Ron, hati-hati ... aku Melihat hal Bayangan Bergerak KE arahmu." Satu Peringatan terdengar Dari alat Yang melekat di Telinga. "Ehm, aku Waspada akan." Peringatan dijawab Sambil meneruskan mengendap mendekati Bangunan. "Aku Telah melihatnya." Yang dipanggil Ron pun Mempercepat Langkah menunduk Sambil menyamarkan Diri di balik Tanaman di Sisi Kanan Bangunan. "Secepatnya habisi dia." TIDAK Lebih Dari hitungan lima detik, Tiga pijaran menyala Dari Benda hearts genggaman, diiringi Suara letupan sekalipun TIDAK keras menggelegar. "Aku Telah menembaknya ..." Tiga kali besarbesaran Telah menarik pelatuk pistol berperedam Otomatis. "Ron, Jangan gegabah ..." Mendengar Kembali Suara Peringatan, Ron mengendap-endap Bergerak mendekat PADA sasaran, Yang Telah dibidiknya. Dari balik sela-sela Tanaman, Ron Melihat hal Satu Tubuh pria berbalut jaket Gelap terbaring di rumput. "Aku Telah membunuhnya!" Ron melaporkan. "Tetaplah Waspada!" TIDAK mengacuhkan Peringatan, Ron menampakkan Diri Dan Melangkah mendekat. Baru doa Langkah KE Depan, Sosok di tanah membalik Cepat Dan mengacungkan serbi KE Arah Ron. Dua kali letusan pistol menyalak Suara. Brugg ... "Ron ... Ron Ron ... ..." berbalas Panggilan TIDAK. "Sial!" Umpatan diserukan, tahu MENGAPA TIDAK Panggilan mendapat jawaban. "Sam ... Sam ... posisimu amankan!" Bergegas Memerintah Yang lain. Pria berjaket Gelap Telah bangun. Pistolnya Tetap siaga di serbi. Sambil membungkuk, Penuh kewaspadaan Bergerak Cepat menghampir korbannya. Tangan kirinya menjulur KE Bawah mengambil pistol Dari genggaman serbi Korban Yang terbujur diam. Cepat besarbesaran Berlari merunduk menyelinap di sela-sela ANTARA Tanaman. *** Sepuluh Menit mungkin Bukan Waktu Yang lama. Tetapi TIDAK demikian Bagi Amanda. Tempo Sepuluh Menit Benar-Benar terasa Anda amat lama Dan Sangat menyiksa. Di kediamannya Sendiri, besarbesaran dihantui suasana mencekam Penuh. Duduk di balik Pintu, Amanda membenamkan Wajah PADA lutut Yang didekap Rapat. Lebih Dari belasan kali, besarbesaran mendengar Suara Tembak-menembak. Memang, TIDAK menggelar memekakkan Telinga namun Suara tembakan Telah meluruhkan hati. Ia ketakutan setengah mati. KARENA Takut, kali SETIAP Suara tembakan didengar besarbesaran mengejang. Sepanjang Hidup Belum PERNAH Amanda sedemikian ketakutan. Saat Suami besarbesaran Sungguh sedang dihampiri menyanyikan Maut. "Siapa?" Amanda gemetar bertanya manakala Pintu berderit Dibuka Dari-luar. Sudah lima Menit besarbesaran TIDAK Lagi mendengar Suara Tembak-menembak. "Bagus, Kau TIDAK melarikan Diri. SEMENTARA keadaan Sudah Aman. "Amanda mengenali siapa Yang Telah menyusup MASUK. "Bangunlah." Amanda TIDAK Sanggup bangun. Dua kakinya terasa Anda lunglai. Ia Tidak mampu Bergerak. Satu tarikan PADA Lengan Telah membuatnya bangun. BUUKKK ... Tubuh Amanda meluruh. Satu Pukulan PADA tengkuk membuatnya TIDAK sadarkan Diri. TIDAK membiarkan Tubuh Amanda terbanting di lantar, laki-laki Asing Meraih Dan membopong. Mencari Google Artikel membiarkan Pintu sedikit Terbuka, besarbesaran Berjalan Cepat membawa Amanda KE Arah di mana mobil terparkir. Tanpa Tubuh Menurunkan Amanda, besarbesaran membungkuk melonggok KE Arah setir. Kunci terlihat Masih Terpasang PADA Lobang starter. Mudah Pintu mobil Dibuka olehnya, Tubuh meletakkan Amanda di jok Belakang, Menutup pintunya Rapat Lalu Membuka Pintu Depan, Dan MASUK KE hearts mobil menempatkan Diri di Depan kemudi. BeGiTu mesin dinyalakan, mobil pun Segera dipacu Melaju. *** "Uhh ..." Mata Amanda Masih Belum Terbuka Saat melenguh. Kepalanya menggeleng-geleng berusaha melepaskan rasa sakit PADA tengkuk. "Kau ..." Amanda berusaha bangun. Rasa Takut Masih mendekam padanya. Refleks besarbesaran beringsut menjauh Mundur Sambil mendekapkan doa serbi di Depan dada. "Lepaskan aku ..." Amanda memohon, Sayu Memandang meminta belas Kasihan. Laki-laki sebagai



































































































Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: