he story is rubbish. The circumstan

he story is rubbish. The circumstances are rubbish and filled with coincidences. The characters don't act realistically, I mean seriously. If I saw some girl masturbating in a room, and she saw me, she would scream and/or run away frightened. Instead, the girl masturbating just stands up like nothing happened and invites the guy in the room with her. -__- Too many pixelated genitals. What's the point of making hentai if you can't even properly show the genitals, the main focus of a hentai!!? I know the laws of Japan involving porn and genitals, but then why bother!

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

cerita dia adalah sampah. Keadaan adalah sampah dan penuh dengan kebetulan. Karakter tidak bertindak realistis, maksudku serius. Jika aku melihat beberapa gadis masturbasi di Kamar, dan dia melihat saya, ia akan menjerit dan/atau lari ketakutan. Sebaliknya, gadis masturbasi hanya berdiri seperti apa-apa yang terjadi dan mengundang orang di kamar bersamanya. -__ - Terlalu banyak alat kelamin pixelated. Apa gunanya membuat hentai jika Anda tidak dapat bahkan benar menunjukkan alat kelamin, fokus utama dari hentai!!? Aku tahu undang-undang Jepang melibatkan porno dan alat kelamin, tapi lalu mengapa repot-repot!

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

dia cerita adalah sampah. Keadaan adalah sampah dan penuh dengan kebetulan. Karakter tidak bertindak realistis, maksudku serius. Jika saya melihat beberapa gadis masturbasi di kamar, dan dia melihat saya, dia akan berteriak dan / atau lari ketakutan. Sebaliknya, gadis masturbasi hanya berdiri seperti tidak ada yang terjadi dan mengundang orang di dalam ruangan dengan dia. -__- Terlalu banyak alat kelamin pixelated. Apa gunanya membuat hentai jika Anda tidak dapat bahkan benar menunjukkan alat kelamin, fokus utama hentai sebuah !!? Saya tahu hukum Jepang yang melibatkan porno dan alat kelamin, tapi kemudian mengapa repot-repot!