Famine in UtopiaBy mid-1984 it was

Famine in Utopia

By mid-1984 it was evident that another drought and resulting famine of major proportions had begun to affect large parts of northern Ethiopia. Just as evident was the government's inability to provide relief. The almost total failure of crops in the north was compounded by fighting in and around Eritrea, which hindered the passage of relief supplies. Although international relief organizations made a major effort to provide food to the affected areas, the persistence of drought and poor security conditions in the north resulted in continuing need as well as hazards for famine relief workers. In late 1985, another year of drought was forecast, and by early 1986 the famine had spread to parts of the southern highlands, with an estimated 5.8 million people dependent on relief food. Exacerbating the problem in 1986 were locust and grasshopper plagues.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Kelaparan di Utopia Pada pertengahan 1984 itu jelas bahwa kekeringan lain dan kelaparan yang mengakibatkan proporsi besar telah mulai mempengaruhi sebagian besar utara Ethiopia. Sama seperti terlihat adalah ketidakmampuan pemerintah untuk memberikan bantuan. Hampir gagal total tanaman di utara diperparah oleh pertempuran di dan sekitar Eritrea, yang menghambat berjalannya pasokan bantuan. Meskipun organisasi-organisasi bantuan internasional membuat upaya besar untuk menyediakan makanan ke daerah-daerah, kegigihan kekeringan dan kondisi keamanan yang buruk di utara mengakibatkan terus membutuhkan serta bahaya bagi pekerja bantuan kelaparan. Pada akhir tahun 1985, satu tahun lagi dari kekeringan ini diperkirakan, dan pada awal 1986 bencana kelaparan telah menyebar ke bagian dataran tinggi selatan, dengan 5,8 juta diperkirakan tergantung pada bantuan makanan orang. Memperburuk masalah pada tahun 1986 yang belalang dan wabah belalang.