Reduced self-blame. When battered w

Reduced self-blame. When battered women are empowered, they are “freed from feeling responsible for their negative situation” (Lum, 1996, p. 251). Thus, decreasing self-blame is a critical step in empowerment practice with battered women. Many battered women believe that the abuse is their fault (Walker, 1979; Wood & Middleman, 1992). An empowering belief is that they are not responsible for the violence and rage of their abusers.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Dikurangi diri menyalahkan. Ketika babak belur perempuan yang diberdayakan, mereka adalah "dibebaskan dari merasa bertanggung jawab untuk situasi negatif mereka" (Lum, 1996, p. 251). Dengan demikian, mengurangi diri menyalahkan adalah sebuah langkah penting dalam pemberdayaan praktek dengan babak belur perempuan. Banyak wanita babak belur percaya bahwa penyalahgunaan kesalahan mereka (Walker, 1979; Kayu & Middleman, 1992). Memberdayakan kepercayaan adalah bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kekerasan dan kemarahan terhadap pelaku pelanggaran mereka.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Pengurangan menyalahkan diri. Ketika perempuan babak belur diberdayakan, mereka "dibebaskan dari perasaan bertanggung jawab untuk situasi negatif" (Lum, 1996, hal. 251). Dengan demikian, penurunan menyalahkan diri sendiri merupakan langkah penting dalam praktek pemberdayaan perempuan babak belur. Banyak wanita belur percaya bahwa pelecehan adalah kesalahan mereka (Walker, 1979; Kayu & tengkulak, 1992). Keyakinan memberdayakan adalah bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kekerasan dan kemarahan dari pelaku mereka.