Pre-Saussurean Linguistics Through

Pre-Saussurean Linguistics
Throughout the nineteenth and early twentieth centuries, philology, not linguistics, was the science of language. Such an emphasis reflected the nineteeth-century philologists’ theorerical assumptions of the nature of language. In the first decade of the 1900s, a Swiss philologist and teacher, Ferdinand de Saussure (1857-1913), began questioning these long-held ideas and, by so doing, triggered a reformation in language study. Saussure began his linguistic revolution by affirming the validity and necessity of the diachronic approach to language study used by such nineteenth century philologists as the Grimm brothers and Karl Verner. Unlike many of his contemporary linguists, Saussure rejected the mimetic theory of language structure,

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Linguistik pra-Saussurean
Sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh, filologi, tidak linguistik, adalah ilmu bahasa. Seperti penekanan tercermin asumsi theorerical yang filolog abad-nineteeth 'dari sifat bahasa. Pada dekade pertama tahun 1900, seorang ahli bahasa Swiss dan guru, Ferdinand de Saussure (1857-1913), mulai mempertanyakan gagasan lama dipegang dan, dengan demikian, memicu reformasi dalam penelitian bahasa. Saussure mulai revolusi linguistiknya dengan menegaskan validitas dan perlunya pendekatan diakronis untuk studi bahasa yang digunakan oleh seperti filolog abad kesembilan belas sebagai Grimm bersaudara dan Karl Verner. Tidak seperti banyak ahli bahasa kontemporer, Saussure menolak teori mimesis struktur bahasa,