If you haven’t watched either of th

If you haven’t watched either of the Legally Blonde movies recently, they’re pretty awesome. While being sharp and funny (although the sequel a little less so), they provide an unexpected commentary on sexism and discrimination, even if filtered through a pretty white girl lens. (Fact: It’s based on novelist Amanda Brown’s actual experiences as a Harvard Law student.) In addition, Legally Blondeis a winning reminder that we can use our privilege for good and can all be of service to others by being ourselves.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Jika Anda belum melihat salah satu film hukum pirang baru-baru ini, they're cukup mengagumkan. Sementara yang tajam dan lucu (meskipun sekuel sedikit kurang begitu), mereka memberikan komentar tak terduga pada seksisme dan diskriminasi, bahkan jika disaring melalui lensa gadis putih cantik. (Fakta: ini didasarkan pada novelis pengalaman aktual Amanda Brown sebagai seorang mahasiswa hukum Harvard.) Selain itu, hukum Blondeis pemenang pengingat bahwa kita dapat menggunakan hak istimewa kita untuk selamanya dan semua dapat menjadi pelayanan kepada orang lain dengan menjadi diri kita sendiri.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Jika Anda belum menyaksikan salah satu film Legally Blonde ini, mereka cukup mengagumkan. Sementara tajam dan lucu (meskipun sekuel sedikit kurang begitu), mereka memberikan komentar yang tak terduga pada seksisme dan diskriminasi, bahkan jika disaring melalui lensa gadis cantik putih. (Fakta:. Ini berdasarkan pengalaman novelis Amanda Brown yang sebenarnya sebagai mahasiswa Harvard Law) Selain itu, Legally Blondeis pengingat pemenang yang bisa kita gunakan hak istimewa kami untuk baik dan semua bisa melayani orang lain dengan menjadi diri kita sendiri.