“More than you think,” Shepley said

“More than you think,” Shepley said, dodging my eyes.
I watched them for a moment, and then pushed past
them, running up the stairs. I burst through the doors to find
an empty living room. The door to Travis’ room was closed,
so I knocked.
“Travis? It’s me, open up.”
“Walk away, Pidge,” he called from the other side of
the door.
I peeked in to see him sitting on the edge of his bed,
facing the window. Toto pawed at his back, unhappy
about being ignored.
“What is going on with you, Trav?” I asked. He didn’t
answer, so I stood beside him, crossing my arms. His jaw
was tensed, but it was no longer the frightening expression
he had in the cafeteria. He seemed sad. The deep,
hopeless kind.
“You’re not going to talk to me about this?”
I waited, but he remained quiet. I turned for the door and
he finally sighed. “You know the other day when Brazil
mouthed off to me and you rushed to my defense? Well…
that’s what happened. I just got a little carried away.”
“You were angry before Chris said anything,” I said,
returning to sit beside him on the bed.
He continued to stare out the window. “I meant what I
said before. You need to walk away, Pidge. God knows I
can’t walk away from you.”
I touched his arm. “You don’t want me to leave.”
Travis’ jaws tensed again, and then he took me under
his arm. He paused for a moment, and then kissed my
forehead, pressing his cheek against my temple. “It doesn’t
matter how hard I try. You’re going to hate me when it’s all
said and done.”
I wrapped my arms around him. “We have to be friends.
I won’t take no for an answer,” I quoted.
His eyebrows pulled in, and then he cradled me to him
with both arms, still staring out the window. “I watch you
sleeping a lot. You always look so peaceful. I don’t have
that kind of quiet. I have all this anger and rage boiling
inside of me—except when I watch you sleep.
“That’s what I was doing when Parker walked in,” he
continued. “I was awake, and he walked in, and just stood
there with this shocked look on his face. I knew what he
thought, but I didn’t set him straight. I didn’t explain because
I wanted him to think something happened. Now the whole
school thinks you were with us both in the same night.”
Toto nuzzled his way onto my lap, and I rubbed his ears.
Travis reached over to pet him once, and then rested his
hand on mine. “I’m sorry.”
I shrugged. “If he believes the gossip, it’s his own fault.”
“It’s hard to think anything else when he sees us in bed
together.”
“He knows I’m staying with you. I was fully clothed for
Christ’s sake.”
Christ’s sake.”
Travis sighed. “He was probably too pissed to notice. I
know you like him, Pidge. I should have explained. I
owe you that much.”
“It doesn’t matter.”
“You’re not mad?” he asked, surprised.
“Is that what you’re so upset about? You thought I’d be
mad at you when you told me the truth?”
“You should be. If someone single-handedly sunk my
reputation, I’d be a little pissed.”
“You don’t care about reputations. What happened to
the Travis that doesn’t give a shit what anyone thinks?” I
teased, nudging him.
“That was before I saw the look on your face when you
heard what everyone’s saying. I don’t want you to get
hurt because of me.”
“You would never do anything to hurt me.”
“I’d rather cut off my arm,” he sighed.
He relaxed his cheek against my hair. I didn’t have a
reply, and Travis seemed to have said everything he
needed to, so we sat in silence. Once in awhile, Travis
would squeeze me tighter to his side. I gripped his shirt, not
knowing how else to make him feel better other than to just
let him hold me.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

"Lebih dari yang Anda pikirkan," kata Shepley, menghindari mataku.
Aku melihat mereka sejenak, dan kemudian mendorong masa lalu
mereka, berlari menaiki tangga. Aku menerobos pintu untuk menemukan
ruang tamu kosong. Pintu kamar Travis 'ditutup,
jadi aku mengetuk.
"Travis? Ini aku, membuka.
"" Berjalan pergi, Pidge, "serunya dari sisi lain dari
pintu.
Saya mengintip di untuk melihat dia duduk di tepi tempat tidurnya,
menghadap jendela. Toto menjejak di punggungnya, bahagia
tentang diabaikan.
"Apa yang terjadi dengan Anda, Trav?" Saya bertanya. Dia tidak
menjawab, jadi aku berdiri di sampingnya, melintasi lengan saya. Rahangnya
yang tegang, tapi itu tidak lagi ekspresi menakutkan
dia di kantin. Dia tampak sedih. Dalam,
semacam harapan.
"Kau tidak akan berbicara kepada saya tentang ini?"
Aku menunggu, tapi ia tetap tenang. Aku berbalik untuk pintu dan
akhirnya ia menghela napas. "Kau tahu hari lain ketika Brasil
mengucapkan off kepada saya dan Anda bergegas untuk pertahanan saya? Nah ...
itulah yang terjadi. Aku hanya punya sedikit terbawa.
"" Kau marah sebelum Chris mengatakan apa-apa, "kataku,
kembali duduk di sampingnya di tempat tidur.
Dia terus menatap ke luar jendela. "Aku berarti apa yang saya
katakan sebelumnya. Anda perlu berjalan kaki, Pidge. Tuhan tahu aku
tidak bisa berjalan jauh dari Anda.
"Aku menyentuh lengannya. "Kau tidak ingin aku pergi."
Rahang Travis 'tegang lagi, dan kemudian dia membawa saya di bawah
lengannya. Dia berhenti sejenak, dan kemudian mencium saya
dahi, menekan pipinya candi saya. "Tidak
peduli seberapa keras aku mencoba. Anda akan membenci saya ketika itu semua
dikatakan dan dilakukan.
"Saya memeluk saya di sekelilingnya. "Kita harus menjadi teman.
Aku tidak akan mengambil jawaban tidak," aku dikutip.
Alisnya ditarik, dan kemudian dia memeluk saya untuk dia
dengan kedua lengan, masih menatap ke luar jendela. "Saya melihat Anda
tidur banyak. Anda selalu terlihat begitu damai. Saya tidak memiliki
semacam itu tenang. Saya memiliki semua kemarahan dan kemarahan mendidih
dalam diriku-kecuali ketika saya menonton Anda tidur.
"Itulah apa yang saya lakukan ketika Parker masuk," ia
melanjutkan. "Aku terjaga, dan dia berjalan di, dan hanya berdiri
di sana dengan tampilan ini terkejut di wajahnya. Aku tahu apa yang dia
pikir, tapi aku tidak membuatnya lurus. Saya tidak menjelaskan karena
saya ingin dia berpikir sesuatu terjadi. Sekarang seluruh
sekolah berpikir Anda berada dengan kami baik di malam yang sama.
"Toto menciumi perjalanan ke pangkuan saya, dan saya mengusap telinganya.
Travis mengulurkan tangan untuk membelainya sekali, dan kemudian beristirahat nya
tangan di tambang. "Aku minta maaf."
Aku mengangkat bahu. "Jika ia percaya gosip, itu salahnya sendiri."
"Sulit untuk berpikir apa-apa lagi ketika ia melihat kami di tempat tidur
bersama-sama."
"Dia tahu aku tinggal dengan Anda. Aku berpakaian lengkap untuk
demi Kristus.
"Demi Tuhan."
Travis menghela napas. "Dia mungkin terlalu marah untuk melihat. Aku
tahu kau menyukainya, Pidge. Aku seharusnya menjelaskan. Aku
berutang banyak.
"" Tidak masalah.
"" Kau tidak marah? "Tanyanya,
heran." Apakah itu yang kau begitu marah tentang? Anda pikir saya akan
marah pada Anda ketika Anda mengatakan kepada saya sebenarnya?
"" Anda harus. Jika seseorang sendirian tenggelam saya
reputasi, saya akan sedikit kesal.
"" Kau tidak peduli tentang reputasi. Apa yang terjadi dengan
Travis yang tidak memberikan omong kosong apa yang orang berpikir? "Aku
menggodanya, menyenggol
dia." Itu sebelum saya melihat ekspresi wajah Anda ketika Anda
mendengar apa yang semua orang katakan. Aku tidak ingin kau
terluka karena aku.
"" Anda tidak akan pernah melakukan apa pun untuk menyakiti saya.
"" Aku lebih suka memotong lengan saya, "desahnya.
Dia santai pipinya rambut saya. Saya tidak punya
jawaban, dan Travis tampaknya memiliki mengatakan semua yang dia
butuhkan, jadi kami duduk dalam diam. Sekali waktu, Travis
akan memeras saya erat ke sisinya. Aku mencengkeram bajunya, tidak
tahu bagaimana lagi untuk membuatnya merasa lebih baik dari yang lain hanya
membiarkan dia memelukku.