The polarity of solution is determi

The polarity of solution is determined by its dielectric constant. Markom (2007) stated that dielectric constant of water and ethanol respectively were 80.20 ; 24.30 and according to durst and WORLDSTAD (2005) in roselle almost 80-90% phenols content was anthocyanin. The polarity of anthocyanin was classified as semi polar which is around 30-40 ( RIChter et aal., 2006), mean that the polarity of phenols as a result of secondary metabolism on plant was fitted with the polarity of ethanol 80% . it was decided to use the ethanol 80 % for the next experiment.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Polaritas solusi ditentukan oleh dielektrik yang. Markom (2007) menyatakan bahwa dielektrik air dan etanol masing-masing adalah 80.20; 24,30 dan menurut durst dan WORLDSTAD (2005) di Rosela hampir 80-90% fenol kandungan anthocyanin. Polaritas anthocyanin diklasifikasikan sebagai semi kutub yang sekitar 30-40 (RIChter et aal., 2006), berarti bahwa polaritas fenol sebagai hasil dari metabolisme sekunder pada tanaman ini dilengkapi dengan polaritas etanol 80%. diputuskan untuk menggunakan etanol 80% untuk eksperimen selanjutnya.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Polaritas solusi ditentukan oleh konstanta dielektriknya. Markom (2007) menyatakan bahwa konstanta dielektrik air dan etanol masing-masing adalah 80,20; 24,30 dan menurut berani dan WORLDSTAD (2005) di rosella hampir 80-90% fenol konten adalah antosianin. Polaritas antosianin diklasifikasikan sebagai semi polar yaitu sekitar 30-40 (Richter et aal., 2006), berarti bahwa polaritas fenol sebagai hasil metabolisme sekunder pada tanaman dilengkapi dengan polaritas etanol 80%. diputuskan untuk menggunakan etanol 80% untuk percobaan berikutnya.