Shaw's story of the flower girl fro

Shaw's story of the flower girl from the slums who was taught to speak so properly that she was able to pass as a duchess at an ambassador's garden party is perhaps one of the best known works by Shaw, partly because of the popularity of the play which, in turn, inspired a more sentimentalized version in a popular movie and, later, became one of the world's most popular musical comedies, My Fair Lady, using Shaw's broad outlines, but turning the play from a study in manners to a sentimental love story between pupil and master.
The character of Eliza is best seen by the progression which she makes from "a thing of stone," "a nothingness," a "guttersnipe," and a "squashed cabbage leaf' to the final act where she is an exquisite lady — totally self-possessed, a person who has in many ways surpassed her creator. In the opening act, the audience cannot know that beneath the mud and behind the horrible speech sounds stands the potential of a great "work of art." This carries through the Pygmalion-Galatea theme in which a crude piece of marble is transformed into a beautiful statue. It is not until the third act, when Eliza makes her appearance at Mrs. Higgins' house, that we know that Eliza possesses a great deal of native intelligence, that she has a perfect ear for all sorts of sounds, an excellent ability at reproducing sounds, a superb memory, and a passionate desire to improve herself.
In the first act, Shaw takes great pains to hide all of Eliza's basic qualities. He shows her not only as a person who completely violates the English language, but, more important, he shows her as a low, vulgar creature — totally without manners. We see her initially as a low-class flower girl who vulgarly tries to solicit money from a well-dressed gentleman, Colonel Pickering, and then as a young girl who is vulgarly familiar to another gentleman (Freddy Eynsford-Hill, who ironically wants her to be familiar with him when she becomes a lady); last, we see her as a person who is obnoxious in her protestations when she thinks that she is about to be accused of prostitution. Thus, what Shaw has done is to let us listen to a flower girl who totally violates the English language and who is a total vulgarian in terms of language. The change in Eliza's pronunciation will come about because of Higgins' lessons in phonetics, but the important change, and the real subject of the play, is the change that will come about in Eliza's manners — something which even Higgins cannot teach her because he has no manners himself.
Eliza arrives at Higgins' laboratory-living room for rather ironic reasons. She wants to adopt middle-class manners that both Higgins and her father despise. Eliza's ideal is to become a member of the respectable middle class, and in order to do so, she must learn proper pronunciation and manners. But then we notice that in spite of the original motive, Eliza's monumental efforts to master her lessons have their bases in the fact that she has developed a "doglike" devotion to her two masters — a devotion which Higgins will ultimately reject and which Eliza will ultimately declare herself independent of in the next stage of her development.
In both Acts IV and V, Eliza is seen as a completely transformed person, outwardly. She is poised, dignified, in control of her once spitfire temper, and she has rejected all of the old common vulgarity of her past life. She is no longer willing to be Higgins' creation; she now asserts her own independence. But it is an independence which demands values from life which Higgins cannot give her. Unlike Higgins, who wants to change the world, Eliza wants only to change herself. Unlike Higgins, who can and does stand apart from the common aspects of life, Eliza can be content with Freddy, who simply needs and wants her as a compassionate human being. And whereas Higgins can get along without anyone, Eliza and Freddy need each other. In contrast, Higgins will continue to try to improve the world, while Eliza will make a comfortable home for herself and Freddy.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Shaw's cerita gadis bunga dari daerah kumuh yang diajarkan untuk berbicara benar bahwa ia mampu lulus sebagai Adipati di pesta kebun seorang duta besar adalah mungkin salah satu karya paling dikenal oleh Shaw, sebagian karena popularitas drama yang, pada gilirannya, terinspirasi versi yang lebih sentimentalized dalam film populer dan, kemudian, menjadi salah satu di dunia paling populer musik komedi, My Fair Lady, menggunakan Shaw garis besar yang luas, tetapi mengubah drama dari studi dalam sopan santun untuk sebuah kisah cinta sentimentil antara murid dan guru
karakter Eliza terbaik dilihat oleh perkembangan yang dia membuat dari "hal batu," "a ketiadaan," "guttersnipe," dan "tergencet daun kubis ' ke babak final yang mana dia adalah seorang wanita yang indah-benar-benar dimiliki diri, seseorang yang telah di banyak cara melampaui penciptanya. Di babak pembukaan, penonton tidak tahu bahwa di bawah Lumpur dan di balik suara mengerikan pidato berdiri potensi "karya besar seni." Ini membawa lewat tema Pygmalion-Galatea di mana sepotong kasar marmer berubah menjadi sebuah patung indah. Hal ini tidak sampai babak ketiga, ketika Eliza membuat penampilan di Mrs. Higgins' rumah, yang kita tahu bahwa Eliza memiliki banyak asli intelijen, bahwa ia memiliki telinga yang sempurna untuk segala macam suara, kemampuan yang sangat baik di mereproduksi suara, memori yang luar biasa dan gairah untuk memperbaiki diri.
di babak pertama, Shaw mengambil berusaha keras untuk menyembunyikan semua sifat dasar Eliza's. Dia menunjukkan dirinya tidak hanya sebagai orang yang benar-benar melanggar bahasa Inggris, tapi, lebih penting, ia menunjukkan dirinya sebagai makhluk yang rendah, vulgar — benar-benar tanpa sopan santun. Kita melihat dia awalnya sebagai seorang gadis bunga rendah-kelas yang vulgarly mencoba untuk meminta uang dari seorang pria berpakaian rapi, Kolonel Pickering, dan kemudian sebagai seorang gadis muda yang vulgarly akrab bagi pria lain (Freddy Eynsford-bukit, yang Ironisnya menginginkan dia untuk menjadi akrab dengan dia ketika dia menjadi seorang wanita); terakhir, kita melihat dirinya sebagai orang yang menjengkelkan dalam keteguhan nya ketika dia berpikir bahwa dia adalah untuk dapat dituduh prostitusi. Jadi, apa yang telah dilakukan Shaw adalah untuk memberitahu kami mendengarkan bunga gadis yang benar-benar melanggar bahasa Inggris dan siapa yang vulgarian total dalam hal bahasa. Perubahan pengucapan Eliza's akan datang sekitar karena Higgins' pelajaran dalam bidang fonetik, tetapi perubahan penting, dan subjek nyata dari bermain, adalah perubahan yang akan datang tata krama Eliza di — sesuatu yang bahkan Higgins tidak bisa mengajarkan dia karena dia memiliki perilaku tidak dirinya.
Eliza tiba di Higgins' laboratorium-ruang untuk alasan yang agak ironis. Dia ingin mengadopsi sikap kelas menengah yang Higgins dan ayahnya menghina. Eliza yang ideal adalah untuk menjadi anggota dari kelas menengah terhormat, dan untuk melakukannya, dia harus belajar pengucapan yang tepat dan sopan santun. Tapi kemudian kami melihat bahwa meskipun motif asli, Eliza's upaya-upaya yang monumental untuk menguasai pelajaran nya memiliki basis mereka dalam kenyataan bahwa dia telah mengembangkan "doglike" pengabdian kepada dua Master — pengabdian yang Higgins akan akhirnya menolak dan Eliza yang pada akhirnya akan menyatakan dirinya independen dalam tahap berikutnya pembangunan nya.
dalam kedua kisah IV dan V, Eliza terlihat sebagai orang benar-benar berubah, secara lahiriah. Dia adalah poised, bermartabat, mengendalikan dirinya setelah spitfire marah, dan dia telah menolak semua vulgar umum tua nya melewati kehidupan. Dia tidak lagi bersedia untuk menjadi penciptaan Higgins'; Dia sekarang menyatakan kemerdekaan sendiri. Tapi kemerdekaan yang menuntut nilai dari kehidupan yang Higgins tidak memberinya. Tidak seperti Higgins, yang ingin mengubah dunia, Eliza menginginkan hanya untuk mengubah dirinya sendiri. Tidak seperti Higgins, Siapa yang dapat dan berdiri terpisah dari aspek kehidupan umum, Eliza dapat puas dengan Freddy, yang hanya membutuhkan dan ingin dia sebagai manusia penyayang. Dan sementara Higgins bisa tanpa ada, Eliza dan Freddy saling membutuhkan. Sebaliknya, Higgins akan terus berusaha untuk memperbaiki dunia, sementara Eliza akan membuat rumah yang nyaman bagi dirinya dan Freddy.