(1) Self-esteem. Shavelson, Hubner

(1) Self-esteem. Shavelson, Hubner and Stanton (1976) proposed a ternary hierarchy to account for self-esteem, or the feeling of self-worth an individual possesses. At the highest level is global self-esteem, or the individual’s overall self-assessment. At the medial level is specific self-esteem, or how individuals perceive themselves in various life contexts (education, work, etc) and according to various characteristics (intelligence, attractiveness, etc). At the lowest level is the evaluation one gives oneself on specific tasks (writing a paper, driving a car, etc).
Heyde (1979) studied the effects of these three levels of self-esteem on performance on a French oral production task by American college students. She found that the students’ performance correlated significantly with all three levels, the highest correlation existing for task self-esteem. One of the interesting side points of Heyde’s research was her discovery that the task self-esteem scores fluctuated from one class to the next. Assuming that the students’ distribution in the classes was random, it would appear that the instructors had some effect on the students’ self-evaluations.
(2) Extroversion. Folk wisdom holds that extroverted learners learn at a faster rate than introverts. However, like so much of the work in these areas, the results of empirical research are inconclusive. Naiman et al. (1978) found no significant correlation between score on an extroversion/introversion measure and performance on listening comprehension and imitation tasks by Canadian self-professed good language learners. Likewise, Suter (1976) measured English pronunciation skills of foreign students studying in American universities and found no correlation with extroversion. Finally, in Busch’s (1982) study of Japanese learners of English in Japan, a significant negative correlation was found between the subjects’ English pronunciation and extroversion. In addition, introverts tended to have higher scores on the reading and grammar components of the standardized English test. Only on the oral interview task did certain of the subjects – junior college males who had ‘tendencies towards extroversion’ – have higher scores. Extroversion also correlated positively with the length of time students at an adult school spe

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

(1) harga diri. Shavelson, Hubner dan Stanton (1976) diusulkan hirarki terner untuk memperhitungkan harga diri, atau memiliki rasa harga diri seseorang. Pada tingkat tertinggi adalah global harga diri, atau individu penilaian diri secara keseluruhan. Di permukaan medial adalah harga diri yang spesifik, atau bagaimana orang-orang menganggap diri mereka dalam berbagai konteks kehidupan (pendidikan, pekerjaan, dll) dan menurut berbagai karakteristik (intelijen, daya tarik, dll). Di tingkat terendah adalah evaluasi memberikan diri pada tugas-tugas tertentu yang (menulis sebuah makalah, mengemudi mobil, dll).Heyde (1979) mempelajari efek ini tiga tingkat harga diri pada kinerja pada tugas produksi lisan Perancis oleh mahasiswa perguruan tinggi Amerika. Dia menemukan bahwa kinerja siswa berkorelasi secara signifikan dengan tiga tingkat, korelasi tertinggi yang ada untuk tugas harga diri. Salah satu sisi poin yang menarik Heyde's penelitian adalah penemuan nya bahwa nilai diri tugas berfluktuasi dari satu kelas ke yang berikutnya. Dengan asumsi bahwa distribusi siswa di kelas adalah acak, itu akan muncul bahwa instruktur memiliki beberapa efek pada siswa self-evaluations.(2) merupakan bentuk kepedulian. Rakyat kebijaksanaan menyatakan bahwa peserta didik ekstrover belajar di tingkat yang lebih cepat daripada introvert. Namun, seperti begitu banyak pekerjaan dalam bidang ini, hasil penelitian empiris mengambang. Naiman et al. (1978) menemukan tidak ada korelasi signifikan antara Skor pada ukuran merupakan bentuk kepedulian orang dan kinerja pada mendengarkan pemahaman dan imitasi tugas oleh peserta didik Kanada menyatakan diri sebagai bahasa yang baik. Demikian juga, Suter (1976) mengukur kemampuan pengucapan bahasa Inggris mahasiswa asing yang belajar di Universitas Amerika dan menemukan tidak ada korelasi dengan merupakan bentuk kepedulian. Akhirnya, dalam Busch's (1982) studi Jepang pelajar bahasa Inggris di Jepang, korelasi negatif signifikan ditemukan antara subyek pengucapan bahasa Inggris dan merupakan bentuk kepedulian. Selain itu, introvert cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi pada komponen membaca dan tata bahasa standar ujian bahasa Inggris. Hanya pada wawancara lisan tugas tertentu subyek-junior college laki-laki yang 'kecenderungan merupakan bentuk kepedulian'-memiliki nilai lebih tinggi. Merupakan bentuk kepedulian juga berkorelasi positif dengan panjang waktu siswa di sekolah dewasa spe