It was Schleiermacher who restored

It was Schleiermacher who restored the idea of regeneration to theology by
making it the center of his understanding of the Christian faith. For him, regeneration
is the new consciousness of God’s grace and human dependence on God
gained by sharing in the consciousness of Christ. It is Schleiermacher’s virtue that
he again included regeneration in dogmatic theology, understood it as a religiousethical
process, and also related it to the person of Christ. But in the process he
was not able to disentangle himself completely from the influence of pantheistic
philosophy. In his doctrine there is no room for an objective justification that
precedes conversion, is based on the righteousness of Christ, and is accepted and
enjoyed by faith alone.12

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Itu Schleiermacher yang dipulihkan ide regenerasi teologi olehmenjadikannya pusat pemahamannya tentang iman Kristen. Baginya, regenerasiadalah kesadaran baru anugerah Allah dan ketergantungan manusia pada AllahDiperoleh dengan berbagi dalam kesadaran Kristus. Itu adalah kebajikan Schleiermacher's yangdia lagi termasuk regenerasi dalam teologi, memahaminya sebagai religiousethicalproses, dan juga berkaitan dalam diri Kristus. Tapi dalam proses iaitu tidak mampu menguraikan dirinya sepenuhnya dari pengaruh panteistikfilsafat. Dalam doktrinnya ada ada ruang untuk pembenaran objektif yangmendahului konversi, didasarkan pada kebenaran Kristus dan diterima dandinikmati oleh iman alone.12

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Itu Schleiermacher yang dipulihkan gagasan regenerasi teologi dengan
menjadikannya pusat pemahamannya tentang iman Kristen. Baginya, regenerasi
adalah kesadaran baru dari kasih karunia Allah dan ketergantungan manusia pada Allah
diperoleh dengan berbagi dalam kesadaran Kristus. Ini adalah kebajikan Schleiermacher bahwa
dia lagi termasuk regenerasi dalam teologi dogmatis, dipahami sebagai religiousethical
proses, dan juga terkait untuk pribadi Kristus. Namun dalam proses ia
tidak dapat memisahkan diri sepenuhnya dari pengaruh panteistik
filsafat. Dalam ajarannya tidak ada ruang untuk pembenaran objektif yang
mendahului konversi, didasarkan pada kebenaran Kristus, dan diterima dan
dinikmati oleh iman alone.12