It was toward the latter part of th

It was toward the latter part of the twentieth century that the age-old practice of
growing trees and crops together on the same unit of land became recognized as a
promising approach to land use by the scienti fi c and developmental communities.
This coming of age of agroforestry was signi fi ed by the establishment of ICRAF,
the World Agroforestry Centre, in 1977 1 as the focal point of organized global
efforts in developing these traditional forms of land use to address some of the landmanagement
problems that were not addressed, but were often exacerbated, by
developments in commercial agriculture and forestry. Subsequently, agroforestry
gradually became a major component or activity of the programs of many international,
regional, national, and local institutions, both public and private, dealing
with various branches of agriculture, forestry, and allied disciplines. Thanks to the
collective efforts of the various institutions and countless millions of agroforestry
practitioners, today agroforestry has carved out a distinct niche as a robust landmanagement
discipline, and it is now recognized as being at the heart of the global
community’s commitment to banish hunger and poverty and rebuild resilient rural
environments.
The developments in the discipline worldwide during the past three decades
have been quite substantial. A set of practices that used to be denigrated as being
in search of science has now been transformed into a science-based integrated discipline
of land management. Various facets of this transformation are summarized
in the previous chapters of this book by leading professionals in different aspects of
the discipline. This chapter synthesizes these developments and examines the way
forward, that is, the opportunities and challenges ahead in research, and summarizes
the role of agroforestry in addressing the major land-management problems of the
twenty- fi rst century.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Itu menuju bagian akhir dari abad kedua puluh bahwa praktek kuno
tumbuh pohon dan tanaman bersama-sama pada unit yang sama dari tanah menjadi diakui sebagai
pendekatan yang menjanjikan untuk penggunaan lahan oleh ilmiah dan komunitas perkembangan.
Ini datang usia agroforestry adalah fi signifikan ed oleh pembentukan ICRAF,
World Agroforestry Centre, pada tahun 1977 1 sebagai titik fokus global yang diselenggarakan
upaya dalam mengembangkan bentuk-bentuk tradisional dari penggunaan lahan untuk mengatasi beberapa landmanagement
masalah yang tidak ditangani, tetapi sering diperburuk, oleh
perkembangan di bidang pertanian komersial dan kehutanan. Selanjutnya, agroforestry
secara bertahap menjadi komponen utama atau kegiatan dari program dari berbagai internasional,
lembaga-lembaga regional, nasional, dan lokal, baik negeri maupun swasta, berurusan
dengan berbagai cabang pertanian, kehutanan, dan disiplin sekutu. Berkat
upaya kolektif dari berbagai lembaga dan jutaan yang tak terhitung jumlahnya dari agroforestry
praktisi, hari ini agroforestry telah mengukir ceruk yang berbeda sebagai landmanagement kuat
disiplin, dan sekarang diakui sebagai berada di jantung global
komitmen masyarakat untuk membuang kelaparan dan kemiskinan dan membangun kembali desa tangguh
lingkungan.
Perkembangan dalam disiplin di seluruh dunia selama tiga dekade terakhir
telah cukup besar. Satu set praktek yang digunakan untuk direndahkan sebagai
mencari ilmu kini telah berubah menjadi disiplin terpadu berbasis ilmu pengetahuan
dari pengelolaan lahan. Berbagai aspek dari transformasi ini dirangkum
dalam bab-bab sebelumnya buku ini oleh para profesional di berbagai aspek terkemuka
disiplin. Bab ini menyajikan perkembangan ini dan memeriksa jalan
ke depan, yaitu, peluang dan tantangan ke depan dalam penelitian, dan merangkum
peran agroforestri dalam menangani masalah pengelolaan lahan utama dari
abad kedua puluh.