Dent suggests that East Asia’s comp

Dent suggests that East Asia’s comparative heterogeneity led to the prominence ofstatecentred rather than region-centred objectives, in marked contrast with the EU’s approach (Dent 2001). Angresano (2004) suggests that ASEAN, as an administrative body, has been largely decentralised so as not to interfere with the desire of its constituent states for political independence. Thus, traditionally, the political leaders of ASEAN states had expressed little interest in any ‘institutional frameworks that might give potential Asian superpowers . . . a major voice in their national affairs’ (Angresano 2004, p. 919).

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Penyok menunjukkan heterogenitas perbandingan Asia Timur yang menyebabkan ofstatecentred menonjol daripada wilayah-berpusat tujuan, dalam kontras yang ditandai dengan pendekatan Uni Eropa (penyok 2001). Angresano (2004) menunjukkan bahwa ASEAN, sebagai badan administrasi, telah sebagian besar desentralisasi sehingga tidak untuk mengganggu dengan keinginan Serikat konstituen yang kemerdekaan politik. Dengan demikian, secara tradisional, pemimpin politik negara ASEAN telah menyatakan sedikit minat dalam setiap 'kerangka kelembagaan yang mungkin memberi Asia abad... besar suara dalam urusan nasional mereka' (Angresano 2004, p. 919).

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Dent menunjukkan bahwa heterogenitas komparatif Asia Timur menyebabkan menonjolnya ofstatecentred bukan tujuan daerah-berpusat, kontras dengan dengan pendekatan Uni Eropa (Dent 2001). Angresano (2004) menunjukkan bahwa ASEAN, sebagai badan administratif, sebagian besar telah didesentralisasikan sehingga tidak mengganggu keinginan negara konstituen untuk kemerdekaan politik. Dengan demikian, secara tradisional, para pemimpin politik negara ASEAN telah menyatakan sedikit minat dalam 'kerangka institusional yang mungkin memberikan potensi negara adidaya Asia. . . suara besar dalam urusan nasional mereka (Angresano 2004, hal. 919).