Vocabulary is a key part of any lan

Vocabulary is a key part of any language-teaching program. Nation (2001)
proposed four general goals that are important in a language classroom. These learning
goals concern: Language, which includes vocabulary; Ideas, which covers content and
subject matter as well as cultural knowledge; Skills; and finally Text or discourse (Nation
2001, p.1). Moreover, in learning a language, specifically for vocabulary goals, there are
three aspects to be looked at: the number of words in the language, the number of words
known by the native speakers, and the number of words needed by a learner to use the
language productively. The number of words in English and number known by English
native speakers are not the interest of the current study, which instead focuses on the third
aspect: the words needed to use English productively, specifically for EFL learners in
Indonesia.
The research literature in vocabulary learning in a second language (L2) has
revealed the importance of knowing a sufficient number of words to be able to function
in the language (Duin and Graves, 1987; Walker, Greenwood, Hart and Carta, 1994;
Nation, 2001; Read, 2004; Tschirner, 2004; Zimmerman, 2005). The development of
adequate vocabulary size is vitally important, and researchers have examined the use of
learning strategies as one means to foster the development of L2 vocabulary knowledge.
Strategies that have been proposed to help develop vocabulary learning include Memory
Strategies (MEM), Social Strategies (SOC), Cognitive Strategies (COG), Metacognitive
Strategies (MET) and Determination Strategies (DET) (Schmitt, 1997). Morin, 2003;
2
Chang, Wagner, Muse, Chow, and Shu; 2005; and Schiff and Calif, 2007) have also
suggested that use of morphological cues for inferring meaning can help L2 learning.
Although only a handful of studies have examined the role of morphological
awareness in L2 vocabulary development, the findings suggest that various aspects of
morphological awareness may be particularly useful for vocabulary building.
Morphological awareness is defined as the "awareness of and access to the meaning and
structure of morphemes in relation to word" (Chang et al., 2005, p. 417). For example,
Wysocki and Jenkins (1987) found that students were able to learn new words by
generalizing from those sharing a root morpheme. Pica (1988, as cited in Morin, 2003)
also states the importance of the study of interlanguage morphology and the belief that
"morpheme analysis can provide important insights into the sequences, processes, and
input relevant to second language acquisition" (Morin, 2003, p. 107).
This paper builds on this body of research by examining the relationship between
the English vocabulary size of EFL senior high school students in Indonesia and their
morphological awareness. The study presented here attempts to evaluate and possibly
extend findings from previous studies to the context of EFL learners in Indonesia. The
obstacle that lack of vocabulary knowledge presents for Indonesian EFL learners has
been noted (Nur, 2004). An ultimate aim of the study is to assess the potential value of
incorporating instruction in morphological awareness as part of EFL vocabulary
instruction in Indonesian settings, similar to the one examined here. There are three
research questions to be tackled in the current study:
1. What is the vocabulary size of the Indonesian senior high school students in the
study, and does this differ by area of study, Social Science and Natural Science?
3
2. What level of English morphological awareness do these learners possess?
3. Can measures of morphological awareness be systematically related to the
measure of English vocabulary size?
Following the introduction, the review of previous studies in vocabulary learning
and morphological awareness are discussed in Chapter 2. At the end of the discussion,
the three research questions are presented. The methodology used in the study is
described in Chapter 3, and the report on the results obtained is presented in Chapter 4.
Those results then are analysed in Chapter 5 and compared to findings from previous
studies. Finally, in Chapter 6, a brief conclusion of the current study, the pedagogical
implication, limitations, and suggestions for the further study are provided.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Kosakata adalah bagian penting dari program pengajaran bahasa apapun. Bangsa (2001)mengusulkan empat tujuan umum yang penting dalam kelas bahasa. Pembelajaran initujuan perhatian: bahasa, yang mencakup Kosakata; Ide-ide, yang mencakup konten dansubjek serta pengetahuan budaya; Keterampilan; dan akhirnya teks atau wacana (bangsatahun 2001, p.1). Selain itu, dalam mempelajari suatu bahasa, khusus untuk tujuan kosakata, adaTiga aspek akan tampak pada: jumlah kata dalam bahasa, jumlah katadikenal oleh penutur asli, dan jumlah kata yang diperlukan oleh seorang pelajar untuk menggunakanbahasa produktif. Jumlah kata dalam bahasa Inggris dan nomor dikenal oleh Inggrispenutur asli tidak kepentingan penelitian saat ini, yang bukannya berfokus pada ketigaaspek: kata-kata yang diperlukan untuk menggunakan bahasa Inggris secara produktif, khusus untuk EFL pelajar diIndonesia.Literatur penelitian dalam kosakata belajar dalam bahasa kedua (L2) telahmengungkapkan pentingnya mengetahui sejumlah cukup kata-kata untuk dapat berfungsidalam bahasa (Duin dan kuburan, 1987; Walker, Greenwood, Hart dan Carta, 1994;Bangsa, 2001; Baca, 2004; Tschirner, 2004; Zimmerman, 2005). Pengembanganmemadai Kosakata ukuran sangat penting, dan peneliti telah memeriksa penggunaanStrategi pembelajaran sebagai salah satu sarana untuk mendorong pengembangan pengetahuan kosa kata L2.Strategi yang telah diajukan untuk membantu mengembangkan Kosakata belajar termasuk memoriStrategi (MEM), strategi sosial (SOC), metakognitif kognitif strategi (COG),Strategi (bertemu) dan penentuan strategi (DET) (Schmitt, 1997). Morin, 2003;2Chang, Wagner, Muse, Chow dan Shu; 2005; dan Schiff dan Calif, 2007) juga telahmenyarankan bahwa penggunaan morfologi isyarat untuk dalam menyimpulkan maksud dapat membantu L2 belajar.Meskipun hanya sedikit studi telah meneliti peran morfologikesadaran dalam pengembangan kosakata L2, temuan menyarankan bahwa berbagai aspekkesadaran morfologi mungkin berguna untuk Kosakata bangunan.Kesadaran morfologi didefinisikan sebagai "kesadaran dan akses ke makna danstruktur morphemes dalam hubungannya dengan kata"(Chang et al., 2005, p. 417). Misalnya,Wysocki dan Jenkins (1987) menemukan bahwa siswa dapat belajar kata-kata baru olehgeneralisasi dari orang-orang yang berbagi morfem akar. Pica (1988, seperti dikutip dalam Morin, 2003)juga menyatakan pentingnya studi antarbahasa morfologi dan keyakinan yang"analisis morfem dapat memberikan wawasan penting ke dalam urutan, proses, danmasukan yang relevan dengan kedua pemerolehan bahasa"(Morin, 2003, ms. 107).Makalah ini didasarkan pada tubuh ini penelitian oleh meneliti hubunganukuran kosa kata EFL siswa SMA di Indonesia dan merekamorfologi kesadaran. Studi disajikan di sini upaya untuk mengevaluasi dan mungkinmemperpanjang temuan dari studi sebelumnya ke konteks EFL pelajar di Indonesia. Thememiliki hambatan yang menghadirkan kurangnya pengetahuan kosa kata untuk pelajar Indonesia EFLtelah mencatat (Nur, 2004). Tujuan utama studi adalah untuk menilai nilai potensimenggabungkan instruksi dalam morfologi kesadaran sebagai bagian dari Kosakata EFLinstruksi dalam pengaturan Indonesia, mirip dengan salah satu yang diteliti. Ada tigapertanyaan penelitian harus ditangani dalam studi saat ini:1. apa adalah ukuran Kosakata siswa SMA Indonesiastudi, dan hal ini berbeda dengan bidang studi, ilmu sosial dan ilmu pengetahuan alam?32. apa tingkat kesadaran morfologi Inggris peserta didik memiliki?3. dapat langkah-langkah morfologi kesadaran secara sistematis terkait denganukuran ukuran kosakata bahasa Inggris?Mengikuti pengenalan, review penelitian sebelumnya dalam belajar kosakatadan kesadaran morfologi dibahas dalam Bab 2. Di akhir diskusi,penelitian tiga pertanyaan disajikan. Metodologi yang digunakan dalam penelitiandijelaskan dalam bab 3, dan laporan hasil yang diperoleh disajikan dalam bab 4.Hasil tersebut kemudian dianalisis di Bab 5 dan dibandingkan dengan temuan dari sebelumnyastudi. Akhirnya, dalam Bab 6, singkat kesimpulan dari studi ini, pedagogisimplikasi, keterbatasan, dan saran untuk studi lebih lanjut juga disediakan.