God, she was a bitch.“I don’t know

God, she was a bitch.

“I don’t know what you are talking about,” I snapped. “So I would appreciate it if you could just let me get back to work. Thanks!”

“Work!” She laughed. “Do you do any work? Do you even have to? You’ve found other ways to please the boss-man after all.”

“Yes, I have,” I said, losing my temper with her. “And if you don’t stop with the taunting, I will use my influence to get you fired.”

That shut her up, but she looked ready to hit me. I didn’t care. She deserved it.

With even more reserve than before, I started typing out the documents in front of me, not looking at Zayden, not looking at Mrs. Brian, not letting myself think even for a second, just working as fast as I could. When the phone rang, it startled be back to reality and I jumped.

It was Zayden, and he was looking right at me.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Tuhan, dia memang menyebalkan. "Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan," bentakku. "Jadi saya akan sangat menghargai jika Anda hanya bisa membiarkan saya kembali bekerja. Terima kasih! " " Bekerja! "Dia tertawa. "Apakah Anda melakukan pekerjaan apapun? Apakah Anda bahkan harus? Anda telah menemukan cara lain untuk menyenangkan bos-pria setelah semua. " " Ya, sudah, "kataku, kehilangan kendali dengan dia. "Dan jika Anda tidak berhenti dengan mengejek, saya akan menggunakan pengaruh saya untuk mendapatkan Anda dipecat." Itu membungkamnya, tapi dia tampak siap untuk memukul saya. Aku tidak peduli. Dia layak mendapatkannya. Dengan cadangan bahkan lebih dari sebelumnya, saya mulai mengetik dokumen di depan saya, tidak melihat Zayden, tidak melihat Mrs. Brian, tidak membiarkan diriku berpikir bahkan untuk yang kedua, hanya bekerja secepat aku bisa . Ketika telepon berdering, itu terkejut akan kembali ke realitas dan aku melompat. Itu Zayden, dan ia melihat tepat ke arahku.