Abad kedua puluh ini telah menjadi
periode dinamisme hebat. Mungkin yang terakhir
lima puluh tahun telah melihat lebih perkembangan dan
bahan kemajuan lebih dari lima sebelumnya
ratus tahun. Man telah belajar untuk mengendalikan
banyak momok, yang pernah mengancam
dirinya. Dia telah belajar untuk mengkonsumsi jarak. Dia
telah belajar untuk memproyeksikan suara dan fotonya
di lautan dan benua. Dia telah belajar bagaimana membuat gurun mekar dan
tanaman bumi meningkatkan karunia mereka. Ia telah belajar bagaimana untuk melepaskan
kekuatan besar terkunci dalam partikel terkecil dari materi.
Tapi telah keterampilan politik manusia berbaris di tangan-tangan dengan teknis dan nya
keterampilan ilmiah? Jawabannya adalah tidak! Keterampilan politik manusia telah jauh melampaui
oleh keterampilan teknis, Hasil ini adalah ketakutan. Dan manusia terengah-engah untuk keselamatan dan moralitas.
Mungkin sekarang lebih dari setiap saat lain dalam sejarah dunia,
masyarakat, pemerintah dan kenegarawanan perlu berdasarkan kode tertinggi
dari moralitas dan etika. Dan dalam hal politik, apa adalah kode tertinggi moralitas?
Ini adalah subordinasi segalanya untuk kesejahteraan umat manusia. Tapi hari ini kita
dihadapkan dengan situasi di mana kesejahteraan umat manusia tidak selalu utama
pertimbangan. Banyak yang berada di tempat-tempat daya tinggi berpikir, lebih tepatnya, mengendalikan
dunia.
Ya, kita hidup di dunia ketakutan. Kehidupan manusia saat ini terkorosi dan
dibuat pahit oleh rasa takut. Takut masa depan, takut bom hidrogen, takut ideologi.
Mungkin rasa takut ini adalah bahaya yang lebih besar daripada bahaya itu sendiri, karena rasa takut, yang
mendorong orang untuk bertindak bodoh, bertindak tanpa berpikir, bertindak berbahaya.
Semua dari kita, saya yakin, dipersatukan oleh hal-hal yang lebih penting daripada mereka,
yang dangkal memisahkan kita. Kita bersatu, misalnya, oleh umum
kebencian kolonialisme dalam bentuk apa pun muncul. Kami disatukan oleh
kebencian umum rasialisme. Dan kita bersatu dengan tekad umum
untuk melestarikan dan menstabilkan perdamaian di dunia.
Presiden Sukarno dari Indonesia:
Pidato pada Pembukaan Konferensi Bandung, April 18, 1955
Gambar 3.1 (Sumber: destaarifta.wordpress.com)
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..