A standard argument to the effect t

A standard argument to the effect that no rights, however apparently basic,
can be absolute, proceeds from an imagined ‘ticking bomb’ scenario in which
one is forced to choose between violating the rights of one individual and
allowing the deaths of millions. If the only way to prevent a nuclear attack is
to torture the person who knows the whereabouts of the bomb, in such a case
it is said to be self-evident that nobody has the absolute right not to be
tortured. If such a right is less than absolute, the argument continues, then all
the more so are all the other ‘basic’ rights, for each of which possible exceptions
can be imagined. There are many faults with this argument, but the most
relevant one for present purposes is that it highlights rather than detracting
from the absolute status of these rights. The extremity of the examples
required to undermine them only illustrates their intrinsically absolute status.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Argumen standar yang menyatakan bahwa tidak ada hak, namun tampaknya dasar,
bisa absolut, hasil dari sebuah 'berdetak bom' skenario membayangkan di mana
seseorang dipaksa untuk memilih antara melanggar hak-hak satu orang dan
memungkinkan kematian jutaan. Jika satu-satunya cara untuk mencegah serangan nuklir adalah
untuk menyiksa orang yang mengetahui keberadaan bom, dalam kasus seperti
itu dikatakan jelas bahwa tidak ada yang memiliki hak absolut untuk tidak
disiksa. Jika benar seperti itu kurang dari mutlak, argumen terus, maka semua
lebih begitu juga semua lainnya 'dasar' hak, untuk masing-masing yang mungkin pengecualian
bisa dibayangkan. Ada banyak kesalahan dengan argumen ini, tetapi yang paling
satu yang relevan untuk tujuan ini adalah bahwa hal itu menyoroti bukan mengecilkan
dari status mutlak hak-hak ini. Ekstremitas contoh
yang diperlukan untuk melemahkan mereka hanya menggambarkan status intrinsik mutlak.