I IntroductionRecognition that past

I Introduction
Recognition that past research on domestic violence
largely concentrated on urban areas has
helped to generate a body of work focusing specifically
on the rural (Dekeseredy et al., 2007;
McCarry and Williamson, 2009; Sandberg,
2013). This work has begun to identify important
characteristics of the experience of intimate
partner violence in rural communities and, in
particular, to draw attention to the problems of
resourcing and delivering services in support of
families and individuals living with and escaping
violence (Peek-Asa et al., 2011; Wendt,
2009). A key direction of research has been the
interrogation of rates of domestic violence in
the comparison of urban, suburban and rural
areas (Edwards, 2015). Some studies have
extended this comparative approach in highlighting
the prevalence of different forms of
violence across types of community. This focus
on the rural has been a welcomed response to
academic criticisms of the lack of work on the
relationality of space and violence and to associated
calls by geographers to foreground the
centrality of space in work on both the experience
and conceptualization of violence (see
Tyner and Inwood, 2014).

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Saya PendahuluanPengakuan bahwa masa lalu penelitian tentang kekerasan rumah tanggasebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan telahmembantu untuk menghasilkan tubuh bekerja berfokus secara khususdi pedesaan (Dekeseredy et al., 2007;McCarry dan Williamson, 2009; Sandberg,2013). pekerjaan ini telah dimulai untuk mengidentifikasi pentingKarakteristik dari pengalaman intimmitra kekerasan di masyarakat pedesaan dan, dalamkhususnya, untuk menarik perhatian terhadap masalah-masalahsumber daya dan memberikan layanan mendukungKeluarga dan individu hidup bersama dan melarikan dirikekerasan (mengintip-Asa et al., 2011; Wendt,2009). arah kunci penelitian telahinterogasi tingkat kekerasan domestikperbandingan perkotaan, pinggiran kota dan pedesaandaerah (Edwards, 2015). Beberapa studi telahdiperpanjang ini pendekatan perbandingan dalam menyorotiprevalensi berbagai bentukkekerasan di seluruh jenis masyarakat. Fokus inidi pedesaan telah menanggapi disambutakademik kritik kurangnya pekerjaanrelationality ruang dan kekerasan dan terkaitpanggilan oleh ahli geografi ke depanpentingnya ruang dalam pekerjaan di kedua pengalamandan konseptualisasi dari kekerasan (LihatTyner dan Inwood, 2014).

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

I Pendahuluan
Pengakuan bahwa penelitian terakhir pada kekerasan dalam rumah tangga
sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan telah
membantu untuk menghasilkan tubuh bekerja dengan fokus khusus
pada pedesaan (Dekeseredy et al, 2007;.
McCarry dan Williamson, 2009; Sandberg,
2013). Pekerjaan ini sudah mulai mengidentifikasi penting
karakteristik pengalaman intim
kekerasan pasangan di masyarakat pedesaan dan,
khususnya, untuk menarik perhatian terhadap masalah-masalah
sumber daya dan memberikan layanan untuk mendukung
keluarga dan individu yang hidup dengan dan melarikan diri
kekerasan (Peek-Asa et al, 2011;. Wendt,
2009). Sebuah tombol arah penelitian telah
interogasi tingkat kekerasan dalam rumah tangga di
perbandingan perkotaan, pinggiran kota dan pedesaan
daerah (Edwards, 2015). Beberapa studi telah
diperpanjang pendekatan komparatif ini dalam menyoroti
prevalensi berbagai bentuk
kekerasan di seluruh jenis masyarakat. Fokus
pada pedesaan telah menjadi respon menyambut untuk
kritik akademik kurangnya bekerja pada
relasionalitas ruang dan kekerasan dan terkait
panggilan oleh ahli geografi untuk latar depan
sentralitas ruang dalam pekerjaan pada kedua pengalaman
dan konseptualisasi kekerasan (lihat
Tyner dan Inwood 2014).