The median voter model is a powerfu

The median voter model is a powerful tool, but relies on a number of assumptions worth mentioning:
Single-dimensional voting: Voters only care about one issue.
Only two candidates: With a 3rd candidate, there is no stable equilibrium.
No ideology or influence: Assumes politicians only care about votes, not ideological positions.
No selective voting: All citizens actually vote.
No money as a tool of influence.
Perfect information along three dimensions: voter knowledge of the issues, politician knowledge of the issues, and politician knowledge of voter preferences.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Rata-rata pemilih model adalah alat yang ampuh, tetapi bergantung pada beberapa asumsi-asumsi yang layak disebut:Pemungutan suara satu-dimensi: suara hanya peduli tentang satu masalah.Hanya dua kandidat: dengan calon 3, ada keseimbangan tidak stabil.Tidak ada ideologi atau pengaruh: mengasumsikan politisi hanya peduli tentang suara, posisi tidak ideologis.Tidak ada suara selektif: semua warga negara benar-benar suara.Tidak ada uang sebagai alat pengaruh.Sempurna informasi sepanjang tiga dimensi: pemilih pengetahuan tentang isu-isu, politikus pengetahuan tentang isu-isu dan politikus pengetahuan tentang preferensi pemilih.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Model pemilih median adalah alat yang ampuh, tetapi bergantung pada sejumlah asumsi yang layak disebut:
voting Single-dimensi: Pemilih hanya peduli tentang satu masalah.
Hanya dua kandidat:. Dengan calon 3, tidak ada keseimbangan stabil
ada ideologi atau pengaruh : Menganggap politisi hanya peduli tentang orang, tidak posisi ideologis.
Tidak selektif voting. Semua warga negara benar-benar memilih
Tidak ada uang sebagai alat pengaruh.
Informasi Sempurna bersama tiga dimensi: pengetahuan pemilih isu, pengetahuan politisi isu, dan pengetahuan politisi preferensi pemilih.