‘Generational conciousness’ thus ha

‘Generational conciousness’ thus has roots in the real experience of working-class youth as a whole. But it took a peculiarly intense form in the post-war sub-cultures which were sharply demarcated – amongst other factors – by age and generation. Youth felt and experienced itself as ‘different’, especially when this difference was inscribed in activities and interests to which ‘age’, principally, provide the passport. This does not necessarily mean that a ‘sense of class’ was thereby obliterated. Skinheads, for example, are clearly both ‘generationally’ and ‘class’ concious. As Cohen suggested, ‘sub-culture is ... a compromise solution, between two contradictory needs: the need to create and express autonomy and difference from parents ... and the need to maintain ... the parental identifications which support them’ (Cohen, 1972; p. 26). It is to the formation of these generationally distinct working-class sub-cultures that we next turn.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

'Generasi kesadaran' dengan demikian memiliki akar dalam pengalaman nyata kelas pekerja pemuda secara keseluruhan. Tetapi butuh bentuk secara intens dalam budaya sub pasca-perang yang yang tajam dibatasi-antara faktor lainnya – oleh usia dan generasi. Pemuda merasa dan mengalami sendiri sebagai 'beda', terutama ketika perbedaan ini yang tertera dalam kegiatan dan kepentingan yang 'usia', pada prinsipnya memberikan paspor. Ini tidak berarti bahwa 'rasa kelas' sehingga dilenyapkan. Skinhead, misalnya, adalah jelas concious baik 'generationally' dan 'kelas'. Seperti Cohen menyarankan, ' sub-budaya adalah... solusi kompromi, antara dua kebutuhan yang bertentangan: kebutuhan untuk menciptakan dan mengekspresikan otonomi dan perbedaan dari orang tua... dan kebutuhan untuk mempertahankan... identifikasi orang tua yang mendukung mereka ' (Cohen, 1972; p. 26). Ini adalah pembentukan ini generationally berbeda kelas buruh sub-budaya yang selanjutnya berbelok.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

'Generasi Kesadaran' sehingga memiliki akar dalam pengalaman nyata pemuda kelas pekerja secara keseluruhan. Tapi butuh bentuk intens khas dalam pasca-perang sub-budaya yang berbatas tegas - antara faktor-faktor lain - berdasarkan usia dan generasi. Pemuda dirasakan dan dialami sendiri sebagai 'berbeda', terutama ketika perbedaan ini tertulis dalam kegiatan dan kepentingan yang 'usia', terutama, memberikan paspor. Ini tidak berarti bahwa 'rasa kelas' itu sehingga dilenyapkan. Skinhead, misalnya, jelas keduanya 'generationally' dan 'kelas' sadar. Sebagai Cohen menyarankan, 'sub-budaya adalah ... solusi kompromi, antara dua kebutuhan yang saling bertentangan: kebutuhan untuk membuat dan mengekspresikan otonomi dan perbedaan dari orang tua ... dan kebutuhan untuk mempertahankan ... dengan identifikasi orangtua yang mendukung mereka' (Cohen, 1972;. p 26). Ini adalah untuk pembentukan ini generationally berbeda kelas pekerja sub-budaya yang kita selanjutnya berubah.