dimensions and the randomly parcele

dimensions and the randomly parceled, one-dimensional boredom construct. M1
fitted poorly to the data, with none of the fit indices meeting its criterion for
acceptable fit (Table 3). Although the two-factor model M2
, with the burnout
dimensions (EX, CY) and the boredom parcels loading on one-factor and the
engagement dimensions on the other, fitted the data significantly better than M1,Dx
2
(N6315, df1)3209.9;pB.001, it still showed a poor fit (Table 3).
The third model (M3) assumed that the dimensions of burnout, work engagement, and boredom would load on three distinct but correlated factors‘‘burnout,’’

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

dimensi dan kebosanan tersebut dibagi secara acak, dimensi membangun. M1dilengkapi buruk untuk data, dengan tidak ada indeks yang cocok dengan kriteria untuk pertemuanditerima sesuai (Tabel 3). Meskipun dua faktor model M2, dengan kelelahanDimensi (EX, CY) dan paket kebosanan loading satu-faktor danketerlibatan dimensi di sisi lain, dilengkapi data yang signifikan lebih baik daripada M1, Dx2(N 6315, df 1) 3209.9; pB.001, itu masih menunjukkan miskin cocok (Tabel 3).Ketiga model (M3) diasumsikan bahwa dimensi kelelahan, keterlibatan kerja dan kebosanan akan beban pada tiga berbeda namun berkorelasi faktor '' kelelahan ''

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

dimensi dan secara acak dibagi-, satu-dimensi kebosanan membangun. M1
dilengkapi buruk untuk data, dengan tidak ada indeks fit memenuhi kriteria untuk
fit diterima (Tabel 3). Meskipun model dua faktor
M2, dengan burnout
dimensi (EX, CY) dan paket kebosanan memuat satu-faktor dan
dimensi keterlibatan di sisi lain, dilengkapi data secara signifikan lebih baik daripada M1, Dx
2
(N? 6315, df ? 1) 3.209,9;?. pB.001, masih menunjukkan cocok miskin (Tabel 3)
Model ketiga (M3) diasumsikan bahwa dimensi burnout, keterlibatan kerja, dan kebosanan akan memuat pada tiga faktor yang berbeda tetapi berkorelasi ''? habis terbakar,''