Isla was still kind of pissed off a

Isla was still kind of pissed off about this entire thing, though. She had reasons of her own to be annoyed. She glared up at the camera one last time just for good measure as she straightened her clothes as best she could.
She had to hold her blouse shut with her hands, and her stocking had a mysterious hole in it now. Where were those always coming from?
When she was fully covered, she definitely didn’t look as clean and proper as Arturo looked right now. It was completely unfair, but then again, she supposed this was just because he had more experience with quick liaisons than she did.
“Finish your work,” he said, “but I will expect you to be ready for tonight. Martina will be laying out your clothes for you. Look them over if you need to. She will help get you ready to meet me at seven thirty. I expect you won’t be late.”
Isla nodded. Arturo stared at her for several long, uncomfortable seconds. Uncomfortable, in the best possible way, because she was starting to get that shivery sensation on her skin and between her thighs.
Then he turned away from her, walking out of the breakfast nook and back to whatever work he’d been doing for the day.
She let out a heavy breath she hadn’t even realized she’d been holding. Her heart pounded hard and fast, as though her back was still on that table and her legs in the air.
She was never going to be able to look at that table the same ever again.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Isla masih jenis kesal tentang hal ini seluruh, meskipun. Dia memiliki alasan sendiri untuk menjadi kesal. Dia melotot atas kamera terakhir kalinya hanya untuk mengukur baik sebagai dia meluruskan pakaiannya sebaik mungkin.Ia terus blus menutup dengan tangannya, dan kaus memiliki lubang misterius di dalamnya sekarang. Mana mereka selalu datang dari?Ketika dia sepenuhnya ditutupi, dia pasti tidak tampak sebagai bersih dan tepat sebagai Arturo tampak sekarang. Itu benar-benar tidak adil, tetapi sekali lagi, dia seharusnya ini adalah hanya karena ia memiliki lebih banyak pengalaman dengan liaisons cepat daripada dia lakukan."Menyelesaikan pekerjaan Anda," katanya, "tapi aku akan mengharapkan Anda untuk siap untuk malam ini. Martina akan meletakkan pakaian Anda untuk Anda. Lihat mereka atas jika Anda perlu. Dia akan membantu membuat Anda siap untuk bertemu dengan saya pukul tujuh tiga puluh. Saya berharap Anda tidak akan menjadi akhir."Isla mengangguk. Arturo menatapnya selama beberapa detik lama, tidak nyaman. Nyaman, dalam cara yang terbaik, karena ia mulai mendapatkan sensasi yang gemetar di kulitnya dan antara paha.Kemudian ia berpaling dari dia, berjalan keluar dari sudut sarapan dan kembali ke apa pun pekerjaan yang sudah dilakukannya untuk hari.Dia mengeluarkan napas berat dia bahkan tidak menyadari dia telah memegang. Hatinya ditumbuk keras dan cepat, seolah-olah kembali adalah masih pada meja dan kakinya di udara.Dia tidak pernah akan mampu melihat di meja yang sama lagi.