However, rising corruption, managem

However, rising corruption, management inefficiencies, overstaffing (without due regard to their economic viability, many governments treated PEs as easy conduits for job creation and a convenient vehicle for patron- age distribution), inflation and rising current account deficits of the 1980s, exposed serious “government failures” and the limits of PEs as major players in economic development. In addition to management deficits many PEs also suffered from technological shortcomings. Imported through either foreign aid or soft loans from abroad, many of the PEs were either equipped with low or second grade machineries contributing to low capital/output ratio, or were established without due regard to their economic and financial sustainability1.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Namun, meningkatnya korupsi, inefisiensi manajemen, overstaffing (tanpa due hal untuk kelangsungan hidup ekonomi mereka, banyak pemerintah diperlakukan PEs sebagai mudah conduits untuk penciptaan lapangan kerja dan kendaraan yang nyaman untuk distribusi pelindung-usia), inflasi dan meningkatnya current account defisit pada 1980-an, terkena serius "kegagalan pemerintah" dan batas-batas PEs sebagai pemain utama dalam pembangunan ekonomi. Selain manajemen defisit PEs banyak juga menderita kekurangan teknologi. Impor melalui bantuan luar negeri atau pinjaman lunak dari luar negeri, banyak PEs baik dilengkapi dengan mesin-mesin kelas rendah atau kedua yang berkontribusi pada rendahnya rasio modal output, atau didirikan tanpa due memperhatikan mereka sustainability1 ekonomi dan keuangan.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Namun, kenaikan korupsi, inefisiensi manajemen, Kelebihan pegawai (tanpa memperhatikan kelayakan ekonomi mereka, banyak pemerintah memperlakukan PES sebagai saluran mudah bagi penciptaan lapangan kerja dan kendaraan yang nyaman untuk distribusi usia patron), inflasi dan meningkatnya defisit transaksi berjalan dari tahun 1980-an, terkena serius "kegagalan pemerintah" dan batas PES sebagai pemain utama dalam pembangunan ekonomi. Selain defisit manajemen banyak PE juga menderita kekurangan teknologi. Diimpor baik melalui bantuan asing atau pinjaman lunak dari luar negeri, banyak dari PES yang baik dilengkapi dengan mesin-mesin kelas rendah atau kedua yang berperan dalam rasio modal / output yang rendah, atau didirikan tanpa memperhatikan sustainability1 ekonomi dan keuangan mereka.