The gentle press of Travis’s lips a

The gentle press of Travis’s lips awakened Margot. “I didn’t mean to wake you. Go back to sleep.”
“What time is it?”
“Quarter of five. I’ve got to go.”
She sat up and the bedcovers slipped to her waist. In the gloom she felt as much as saw his gaze travel south to rest on her breasts. The memory of how he’d lavishly adored them last night was like setting a match to kindling. Her nipples puckered tight.
Perhaps his vision was better than hers; perhaps he simply knew how effortlessly he aroused her. With a low rumble of hunger he dipped his head, bathing the peaked crests with his tongue. Pleasure unfurled banner-bright inside her and she wrapped her arms about him, wishing they could stay like this, with the rest of the world at bay.
But they both had obligations. So she tucked away in her heart the memory of Travis kissing her awake so deliciously, along with the others she’d hoarded while lying in his arms last night.
Lowering her head, she kissed the crown of his head, inhaling his warm scent. “I’ll come down and make you coffee and breakfast.”
“You should sleep.”
“Not likely. Not when I have to figure out a way to help Jade before she ruins her life.”
His hands traced slow circles over her back. “If you’re bound and determined to get up, can I interest you in a hot shower? Then we can share the breakfast duties.”
Her heart leaped at his suggestion, a chance to steal more time with him. And they’d be sharing a meal, sitting at a table. The idea made her absurdly happy. “A hot shower, huh?”
“A very hot shower, as hot and as long as you like.”
His hushed promise alone was enough to melt her insides.
“Hmm,” she said, pretending to consider. “That sounds pretty irresistible.”
“Glad to hear it,” he murmured, before kissing her with a thoroughness that made her toes curl. “Come on, then. No point in lying around in bed all morning.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Tekan lembut bibir Travis terbangun Margot. "Aku tidak bermaksud untuk membangunkan Anda. Kembali ke tidur.""Apa waktu itu?""Kuartal lima. Aku harus pergi."Dia duduk dan selimut menyelinap ke pinggang. Dalam kesuraman dia merasa sebanyak melihat dengan tatapan yang membentang ke selatan untuk beristirahat di payudaranya. Memori bagaimana ia telah boros memuja mereka malam terakhir adalah seperti pengaturan pertandingan untuk kayu bakar. Puting nya berkerut ketat.Mungkin visinya adalah lebih baik daripada miliknya; mungkin dia hanya tahu bagaimana mudah ia membangkitkan Dia. Dengan gemuruh rendah kelaparan ia mencelupkan kepalanya, mandi kompeten mencapai puncaknya dengan lidahnya. Kesenangan membentangkan spanduk terang di dalam dirinya dan dia membungkus lengannya tentang dia, berharap mereka bisa tinggal seperti ini, dengan sisa dunia di bay.Tetapi mereka berdua mempunyai kewajiban. Jadi ia terselip di hatinya memori Travis mencium bangun begitu nikmat, bersama dengan yang lain ia telah menimbun sambil berbaring dalam pelukannya tadi malam.Menurunkan kepalanya, ia mencium mahkota kepala, menghirup aroma hangat tubuhnya. "Aku akan turun dan membuat Anda minum kopi dan sarapan.""Anda harus tidur.""Tidak mungkin. Tidak ketika saya harus mencari cara untuk membantu Jade sebelum dia reruntuhan hidupnya."Tangannya dilacak lingkaran lambat atas punggungnya. "Jika Anda terikat dan bertekad untuk bangun, dapat minat Anda dalam mandi air panas? Kemudian kita bisa berbagi tugas sarapan."Hatinya melompat sarannya kesempatan untuk mencuri lebih banyak waktu bersamanya. Dan mereka akan berbagi makan, duduk di meja. Ide membuat bukan kepalang bahagia. "Mandi air panas, ya?""Sangat shower air panas, panas dan selama yang Anda inginkan."Janjinya sunyi saja sudah cukup untuk mencairkan bagian nya."Hmm," demikian katanya, berpura-pura untuk mempertimbangkan. "Kedengarannya cukup tak tertahankan.""Senang mendengarnya," ia bersungut, sebelum menciumnya dengan ketelitian yang membuat jari kakinya curl. Ayolah, kemudian. Ada gunanya tergeletak di sekitar tempat tidur sepanjang pagi.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Pers lembut bibir Travis terbangun Margot. "Aku tidak bermaksud untuk membangunkan Anda. Kembali tidur.
"" Jam berapa ini?
"" Quarter lima. Aku harus pergi.
"Dia duduk dan bedcover merosot ke pinggang. Dalam kegelapan ia merasa sebanyak melihat perjalanan tatapannya selatan untuk beristirahat di payudaranya. Memori bagaimana ia boros akan memuja mereka tadi malam adalah seperti pengaturan pertandingan untuk kayu bakar. Putingnya berkerut ketat.
Mungkin visinya adalah lebih baik daripada miliknya; mungkin dia hanya tahu bagaimana mudah ia terangsang nya. Dengan gemuruh rendah kelaparan ia mencelupkan kepalanya, memandikan puncak memuncak dengan lidahnya. Kesenangan membentangkan spanduk-terang di dalam dan dia melingkarkan lengannya tentang dia, berharap mereka bisa tetap seperti ini, dengan sisa dunia di teluk.
Tapi mereka berdua memiliki kewajiban. Jadi dia tersimpan di hatinya memori Travis mencium terjaga begitu nikmat, bersama dengan orang lain dia telah ditimbun sambil berbaring dalam pelukannya tadi malam.
Menurunkan kepalanya, dia mencium mahkota kepalanya, menghirup aroma hangat. "Aku akan turun dan membuat Anda kopi dan sarapan."
"Kau harus tidur."
"Tidak mungkin. Tidak ketika saya harus mencari cara untuk membantu Jade sebelum dia reruntuhan hidupnya.
"Tangannya ditelusuri lingkaran lambat lebih punggungnya. "Jika Anda terikat dan bertekad untuk bangun, bisa saya menarik minat Anda di mandi air panas? Kemudian kita bisa berbagi tugas sarapan. "Hatinya melompat di saran, kesempatan untuk mencuri lebih banyak waktu dengan dia.
Dan mereka akan berbagi makanan, duduk di meja. Idenya membuatnya senang bukan kepalang. "Sebuah mandi air panas, ya?"
"Sebuah mandi sangat panas, panas dan selama yang Anda inginkan."
Janji berbisik-Nya saja sudah cukup untuk mencairkan bagian dalam tubuhnya.
"Hmm," katanya, pura-pura untuk mempertimbangkan. "Kedengarannya cukup menarik."
"Senang mendengarnya," gumamnya, sebelum menciumnya dengan ketelitian yang membuat jari-jari kakinya keriting. "Ayo. Tidak ada gunanya tergeletak di tempat tidur sepanjang pagi.