But he never offered anything that

But he never offered anything that wasn’t requested first. He was polite, but silent, lost in his own thoughts. And he held my hand so tight through it all that my fingers were numb even hours after he let it go.
It felt like the reception lasted forever. But, really, most of the mourners were gone within a few hours. Joan stepped out onto the veranda when the last of the people had gone, the confidence I’d always associated with her disappearing as she stepped in front of Jackson Thorn.
“I’ll take care of the cleanup,” she said. “You should go up and rest.”
“I’ll help you,” Miles said.
Based on the animosity so obvious between them since the night of the party, I expected Jackson to refuse. He didn’t even acknowledge Miles’ words, but he didn’t move away when Miles slipped his hand under his father’s arm and led the way inside.
I watched them go, then stood and began gathering the dirty dishes scattered on the glass table tops and in the seats of the chairs.
“You don’t have to do that,” Joan said.
“I want to help.”
I continued to gather the trash even as Joan assessed me with that thoroughness I’d squirmed under during our first meeting, that ill-fated job interview that introduced me to Miles and opened the door that brought me here. I’m not sure if she found me as wanting as she had on that occasion, but she shook out a trash bag and opened it for me.
We worked methodically across the veranda and into the sitting room while Lila, Robert, and their spouses continued to sit quietly and live in their grief. I glanced at them from time to time, once again wanting to do something to make them feel better, but unable to think of anything that wouldn’t just make things worse. I wondered, as I had off and on these five days, if this was what it was like after the car accident that took my parents’ lives. I was too young to remember. I have vague flashes of memory—the flashing lights, the hospital, the sense of missing something—but nothing concrete. At the moment, I was kind of glad I couldn’t remember.
“He’s going to need you.”
I looked up. Joan was standing across the room from me, gathering glasses on a tray, her back to me. I thought for a moment she wasn’t talking to me. But then she glanced at me over her shoulder.
“He thinks he’s strong enough to handle this on his own, but he’s not. No one is.”
I set down the pile of plates I’d gathered. “He won’t talk to me.”
“He does that. He holds it all in until he just explodes, usually in anger. He’ll need you to be there to pick up the pieces when he does.”
“I don’t know if I know how to do that.”
“You’ll figure it out. This is what love is about, Riley. This is what marriage is about.”
I looked around me, at the mountain of trash we had yet to get to, at the family portraits that were a reminder of what this family lost, of the part of the family that still waited on the veranda for the return of the beloved matriarch who would never return, and I knew she was right. But this wasn’t what I’d signed on for. This wasn’t part of the deal Miles and I made. Yet, I still felt an overwhelming need to be there for him. I just wasn’t sure he wanted me there.
“Get out!”
The scream seemed to reverberate throughout the house, even though it came from the top of the stairs. Joan and I both rushed to the foot of the stairs, Lila, Robert, and Keegan not far behind. Miles was at the top of the stairs, staring back at something we couldn’t see. But we could hear.
“Get out of my house! The only reason I allowed you to remain for so long was because it was what she wanted. But she’s gone now. I don’t want you here.”
Miles spoke, but his words were so low we couldn’t hear them.
Joan looked at me, urging me to go up to him with a slight flick of her eyebrows. I hesitated, again feeling like a witness to something I was never meant to see. But then I looked at him, at the sloop of his shoulders that suggested the huge burden he was carrying, and my feet seemed to have a mind of their own. I was behind him before I realized I was moving, my hand resting lightly on the small of his back.
Jackson’s face was reddened, his hands balled into fists. He stood a few feet back, just outside the open doors of the master bedroom. A photo of Elena and a young, but unmistakable, Miles lay inside its broken frame just inside the doorway.
“You walked away from us,” Jackson said, his words dripping with anger and resentment, but something else, too. A little hurt, maybe. “We don’t need you now.”
“She wanted me to take care of you.”
“I don’t need you.”
“Mr. Thorn,” I said, stepping forward a few feet, “will you let me clean up that glass? I wouldn’t want anyone to get hurt.”
He glanced back as though he wasn’t aware of the broken picture frame. Then he focused on me, tears forming in his eyes. It was then that I could finally see the broken man that had been hiding inside of his proud, aristocratic façade these last few days. I could see how torn by grief he was.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Tapi dia tidak pernah menawarkan sesuatu yang tidak diminta pertama. Dia sopan, tapi diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dan ia memegang tangan saya begitu ketat melalui itu semua yang jari-jari saya mati rasa bahkan jam setelah ia membiarkannya pergi.
Rasanya seperti penerimaan berlangsung selamanya. Tapi, benar-benar, sebagian besar pelayat yang hilang dalam beberapa jam. Joan melangkah ke beranda ketika terakhir dari orang-orang telah pergi, kepercayaan diri saya akan selalu dikaitkan dengan menghilang saat ia melangkah di depan Jackson Thorn.
"Aku akan mengurus pembersihan," katanya. "Anda harus pergi dan beristirahat."
"Saya akan membantu Anda," kata Miles.
Berdasarkan permusuhan begitu jelas di antara mereka sejak malam pesta, saya harapkan Jackson menolak. Dia bahkan tidak mengakui kata-kata Miles ', tapi dia tidak bergerak menjauh ketika Miles menyelipkan tangan di bawah lengan ayahnya dan memimpin jalan dalam.
Saya melihat mereka pergi, lalu berdiri dan mulai mengumpulkan piring kotor berserakan di meja kaca tops dan di kursi kursi.
"Kau tidak perlu melakukan itu," kata Joan.
"saya ingin membantu."
aku terus mengumpulkan sampah bahkan sebagai Joan dinilai saya dengan ketelitian aku menggeliat di bawah selama pertemuan pertama kami, bahwa wawancara kerja naas yang memperkenalkan saya ke Miles dan membuka pintu yang membawa saya ke sini. Saya tidak yakin jika dia menemukan saya sebagai ingin seperti dia harus pada kesempatan itu, tapi dia menggelengkan keluar kantong sampah dan membukanya bagi saya.
Kami bekerja metodis di beranda dan ke ruang duduk sementara Lila, Robert, dan pasangan mereka terus duduk tenang dan hidup dalam kesedihan mereka. Aku melirik mereka dari waktu ke waktu, sekali lagi ingin melakukan sesuatu untuk membuat mereka merasa lebih baik, tetapi tidak dapat memikirkan apa pun yang tidak akan hanya membuat hal-hal buruk. Aku bertanya-tanya, karena saya harus off dan pada lima hari ini, jika ini adalah apa itu seperti setelah kecelakaan mobil yang mengambil kehidupan orang tua saya '. Saya masih terlalu muda untuk mengingat. Saya memiliki berkedip samar memori-lampu berkedip, rumah sakit, rasa kehilangan sesuatu-tapi tidak ada yang konkret. Pada saat ini, saya agak senang saya tidak ingat.
"Dia akan membutuhkan Anda."
Aku mendongak. Joan berdiri di seberang ruangan dari saya, mengumpulkan gelas di atas nampan, kembali kepada saya. Saya berpikir sejenak dia tidak berbicara kepada saya. Tapi kemudian ia melirik saya selama bahunya.
"Dia pikir dia cukup kuat untuk menangani ini sendiri, tapi dia tidak. Tidak ada yang. "
Aku meletakkan tumpukan piring aku berkumpul. "Dia tidak akan berbicara dengan saya."
"Dia melakukan itu. Dia memegang itu semua dalam sampai ia hanya meledak, biasanya dalam kemarahan. Dia harus Anda berada di sana untuk mengambil potongan ketika dia. "
" Aku tidak tahu apakah aku tahu bagaimana melakukan hal itu. "
" Kau akan mencari tahu. Ini adalah apa cinta adalah tentang, Riley. Ini adalah apa pernikahan adalah tentang. "
Saya melihat sekeliling saya, di gunung sampah kita belum mendapatkan, di potret keluarga yang pengingat dari apa yang hilang keluarga ini, dari bagian dari keluarga yang masih menunggu di beranda untuk kembalinya ibu pemimpin tercinta yang tidak akan pernah kembali, dan aku tahu dia benar. Tapi ini bukan apa yang aku menandatangani kontrak untuk. Ini bukan bagian dari Miles kesepakatan dan saya membuat. Namun, saya masih merasakan kebutuhan yang besar untuk berada di sana untuknya. Aku hanya tidak yakin dia ingin aku ada.
"Keluar!"
Teriakan itu tampak bergema di seluruh rumah, meskipun itu datang dari atas tangga. Joan dan aku bergegas ke kaki tangga, Lila, Robert, dan Keegan tidak jauh di belakang. Miles berada di puncak tangga, menatap kembali pada sesuatu yang kita tidak bisa melihat. Tapi kita bisa mendengar.
"Keluar dari rumahku! Satu-satunya alasan saya memungkinkan Anda untuk tetap begitu lama adalah karena itu apa yang dia inginkan. Tapi dia sudah pergi sekarang. Aku tidak ingin kau di sini. "
Miles berbicara, tapi kata-katanya begitu rendah kita tidak bisa mendengar mereka.
Joan menatapku, mendesak saya untuk pergi ke dia dengan jentikan sedikit alisnya. Aku ragu-ragu, lagi merasa seperti saksi sesuatu yang saya tidak pernah dimaksudkan untuk melihat. Tapi kemudian aku menatapnya, di sloop dari bahunya yang disarankan beban besar yang dibawanya, dan kaki saya tampaknya memiliki pikiran mereka sendiri. Aku berada di belakangnya sebelum aku menyadari bahwa aku bergerak, tangan saya beristirahat ringan di punggungnya.
Wajah Jackson itu memerah, tangannya terkepal. Dia berdiri beberapa kaki kembali, hanya di luar pintu terbuka dari kamar tidur utama. Sebuah foto dari Elena dan muda, tapi jelas, Miles berbaring di dalam bingkai yang rusak hanya dalam pintu.
"Anda berjalan menjauh dari kami," Jackson mengatakan, kata-katanya menetes dengan kemarahan dan kebencian, tetapi sesuatu yang lain, juga. Sebuah sakit hati, mungkin. "Kami tidak membutuhkanmu sekarang."
"Dia ingin aku untuk mengurus Anda."
"Aku tidak membutuhkan Anda."
"Mr. Duri, "kataku, melangkah maju beberapa kaki," akan kau biarkan aku membersihkan kaca itu? Saya tidak ingin ada yang terluka. "
Dia melirik kembali seolah-olah dia tidak menyadari bingkai foto yang rusak. Lalu ia terfokus pada saya, air mata terbentuk di matanya. Saat itulah saya akhirnya bisa melihat orang yang rusak yang telah bersembunyi di dalam bangga, façade aristokrat beberapa hari terakhir. Aku bisa melihat bagaimana robek oleh kesedihan dia.