Thilden was so empathic about contr

Thilden was so empathic about contrasting interpretation with teaching, because he feared that factbearing interpreters would see it as "instruction". He knew that visitors would not respond well to that sort of interpretation because it didn't fit with their purpose for being in a park. they didn't see parks as classroooms but rather as pleasuringgrounds. The difference i looked for lay not in the kind of communication that interpretation is, nor was it in the kinds of audiences that visitors are. Rather it lay in the psychological state they brought whit them to the interpretive encounter.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Thilden adalah jadi empatik tentang kontras interpretasi dengan mengajar, karena ia takut bahwa factbearing juru bahasa akan melihatnya sebagai "instruksi". Dia tahu bahwa pengunjung akan merespon dengan baik untuk interpretasi semacam itu karena itu tidak sesuai dengan tujuan mereka untuk berada di sebuah taman. mereka tidak melihat Taman sebagai classroooms tetapi sebagai pleasuringgrounds. Perbedaan saya mencari berbaring tidak dalam jenis komunikasi yang interpretasi, juga bukan dalam jenis-jenis audiens yang pengunjung. Agak itu berbaring dalam keadaan psikologis mereka membawa mereka untuk interpretatif menghadapi sedikit pun.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Thilden begitu empatik tentang kontras interpretasi dengan mengajar, karena ia takut bahwa factbearing penafsir akan melihatnya sebagai "instruksi". Dia tahu bahwa pengunjung tidak akan merespon dengan baik untuk hal semacam interpretasi karena tidak sesuai dengan tujuan mereka untuk berada di taman. mereka tidak melihat taman sebagai classroooms melainkan sebagai pleasuringgrounds. Perbedaan saya mencari tidak terletak pada jenis komunikasi yang interpretasi, juga bukan dalam jenis khalayak yang pengunjung. Melainkan terletak pada keadaan psikologis mereka membawa sedikit pun mereka ke pertemuan interpretatif.