“You’re sleeping here, too?” I aske

“You’re sleeping here, too?” I asked, turning to look at
him. The full moon outside the windows cast shadows
across his face. “Well, yeah. This is my bed.”
“I know, but I….” I paused. My only other options were
the couch or the recliner.
Travis grinned and shook his head. “Don’t you trust me
by now? I’ll be on my best behavior, I swear,” he said,
holding up fingers that I was sure the Boy Scouts of
America had never considered using.
I didn’t argue, I simply turned away and lay my head on
the pillow, tucking the covers behind me so there was a
clear barrier between his body and mine.
“Goodnight, Pigeon,” he whispered into my ear. I could
feel his minty breath on my cheek, giving rise to goose
bumps on every inch of my flesh. Thank God it was dark
enough that he couldn’t see my embarrassing reaction, or
the flush of my cheeks that followed.
It seemed like I had just closed my eyes when I heard
the alarm. I reached over to turn it off, but wrenched back
my hand in horror when I felt warm skin beneath my fingers.
I tried to recall where I was. When the answer hit me, it
mortified me that Travis might have thought I’d done it on
purpose.
“Travis? Your alarm,” I whispered. He still didn’t move.
“Travis!” I said, nudging him. When he still didn’t stir, I
reached across him, fumbling in the dim light until I felt the
top of the clock. Unsure of how to turn it off, I smacked the
top of it until I hit the snooze button, and then fell against my
pillow with a huff.
Travis chuckled.
“You were awake?”
“I promised I’d behave. I didn’t say anything about
letting you lay on me.”
“I didn’t lay on you,” I protested. “I couldn’t reach the
clock. That has to be the most annoying alarm I’ve ever
heard. It sounds like a dying animal.”
He reached over and flipped a button. “You want
breakfast?”

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

"Kau tidur di sini juga?" Tanya saya, berbalik untuk melihat
dia. Bulan purnama di luar jendela bayangan
di wajahnya. "Yah begitulah. Ini adalah tempat tidur saya.
"" Aku tahu, tapi aku .... "Aku berhenti. Satunya pilihan saya yang lain adalah
sofa atau kursi malas.
Travis menyeringai dan menggeleng. "Apakah kau tidak percaya padaku
sekarang? Saya akan berada di perilaku terbaik saya, saya bersumpah, "katanya,
sambil mengangkat jari yang saya yakin Boy Scouts of
America tidak pernah dianggap menggunakan.
Saya tidak membantah, saya hanya berbalik dan meletakkan kepala saya di
bantal , menyelipkan selimut di belakang saya jadi ada
penghalang yang jelas antara tubuh dan tambang nya.
"Selamat malam, Pigeon," ia berbisik ke telinga saya. Aku bisa
merasakan napas minty nya di pipi saya, sehingga menimbulkan angsa
benjolan pada setiap inci dari dagingku. Terima kasih Tuhan itu gelap
cukup bahwa ia tidak bisa melihat reaksi memalukan saya, atau
flush pipiku yang diikuti.
Sepertinya aku baru saja menutup mata saya ketika saya mendengar
alarm. Aku mengulurkan tangan untuk mematikannya, tapi merenggut kembali
tanganku ngeri ketika saya merasa kulit hangat di bawah jari-jari saya.
Saya mencoba mengingat di mana aku berada. Ketika jawabannya memukul saya, itu
malu saya bahwa Travis mungkin berpikir aku melakukannya pada
tujuan.
"Travis? Alarm Anda, "bisikku. Dia masih tidak bergerak.
"Travis!" Kataku, menyenggol dia. Ketika ia masih tidak bergerak, aku
mengulurkan tangan dia, meraba-raba dalam cahaya redup sampai aku merasakan
atas jam. Yakin bagaimana untuk mematikannya, saya memukul yang
atas sampai aku menekan tombol snooze, dan kemudian jatuh terhadap saya
bantal dengan gusar.
Travis tertawa.
"Kau terjaga?"
"Aku berjanji akan berperilaku. Saya tidak mengatakan apa-apa tentang
membiarkan Anda berbaring pada saya.
"" Saya tidak berbaring pada Anda, "aku protes. "Saya tidak bisa mencapai
jam. Itu harus menjadi alarm yang paling menjengkelkan yang pernah saya
dengar. Kedengarannya seperti binatang sekarat.
"Dia mengulurkan tangan dan membalik tombol. "Anda ingin
sarapan?"