My father’s jet is waiting for us a

My father’s jet is waiting for us at the airport in Houston. The flight home takes about five hours, and I stare out the window for most of the trip.
I have never felt so betrayed in my entire life.
By my father. By Mason.
By myself.
It doesn’t seem real that he’s gone. I was so happy out on the road with Mason. I was a better person just for being with him. He was right all along. I had always thought that if you stripped away the money and the jewelry and the expensive clothes and the fancy car, I would be nothing more than a hollow shell.
But on this trip, I realized that those other things are the shell. The money and the name doesn’t make me who I am. It never has.
It took getting away from all of that to finally understand it.
I was really beginning to love that version of me.
And to finally hear Mason tell me he loves me was the single happiest moment of my life.
When he made love to me, I felt transformed. I was ready for a life with him, even if we spent it in a tent on the beach without ever having more. All I wanted was him and this baby. We could have been a family.
But as real as it all seemed—as close as I thought we had gotten—there were still these lies that stood between us. Even if I could learn to forgive him for keeping the truth from me about his father, he might never be able to forgive me for walking away. But what choice did I have? My father is too strong. Too powerful. Without money and resources, we wouldn’t have been able to fight him. We wouldn’t have stood a chance.
And without complete honesty and trust, we didn’t really have love. We may have had something that felt like love or looked like love, but without trust, it was all an illusion.
Mason called himself a fraud. And that’s what he was. The whole time he was riding around town in his Porsche and spending money left and right, he knew that money was stolen from my family. And he still had the nerve to be a part of our lives. He still had the nerve to sleep with me and lead me on and to call himself Preston’s best friend.
He knew he didn’t deserve our friendship, but he took it anyway.
Mason betrayed us.
Still, no matter how much I damn him for his mistakes and his choices, inside I know I’ve made just as many bad choices. I’ve messed up just as many times. What right do I have to judge him?
How am I going to live without him?
I lay down on the white leather sofa in the main cabin of the plane and wrap a lush brown blanket around my body.
I don’t even want to think about what my parents will say. I don’t know if I will ever be able to forgive them for pushing me like this. For demanding I leave the one man I’ve ever loved—the father of my baby—to come home and be with them. I always knew my father was a shrewd man, willing to step on whoever he had to in order to get what he wanted. But I never dreamed that included me.
My heart is broken.
No, even the word broken does not come close to describing how I feel.
Devastated.
Ruined.
Obliterated.
There is no word strong enough.
I miss Mason so much already. I miss the feel of his arms around me. I miss his laughter and the way he’d tease me by lifting that one eyebrow, looking at me like I’d gone crazy. I miss everything about him.
By the time the plane touches down, I’m hit with the realization that I’ve made a terrible mistake. I’ve made the wrong choice.
And the thought of never being with him again destroys me.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Ayahku jet yang menunggu untuk kami di bandara di Houston. Penerbangan pulang memakan waktu sekitar lima jam, dan aku menatap ke luar jendela untuk sebagian besar perjalanan.Saya tidak pernah merasa begitu dikhianati sepanjang hidup saya.Oleh ayahku. Oleh Mason.Oleh diri sendiri.Itu tidak tampak nyata bahwa ia telah. Aku sangat bahagia keluar di jalan dengan Mason. Saya adalah orang yang lebih baik hanya untuk menjadi dengannya. Dia adalah benar sepanjang. Aku selalu berpikir bahwa jika Anda dilucuti uang dan perhiasan dan pakaian yang mahal dan mobil mewah, aku akan tidak lebih dari cangkang berongga.Tetapi perjalanan ini, saya menyadari bahwa hal-hal lain yang shell. Uang dan nama tidak membuat saya siapa saya. Ini tidak pernah memiliki.Butuh semakin menjauh dari semua itu akhirnya memahaminya.Aku benar-benar adalah awal untuk mencintai versi saya.Dan akhirnya mendengar Mason bilang dia mencintaiku tunggal saat paling bahagia dalam hidup saya.Ketika ia membuat cinta untuk saya, saya merasa berubah. Aku sudah siap untuk hidup dengannya, bahkan jika kita menghabiskan di tenda ditepi pantai tanpa pernah lebih. Yang saya inginkan adalah baginya dan bayi ini. Kita bisa menjadi keluarga.Tetapi senyata semuanya tampak — sedekat saya pikir kita sudah — masih ada ini kebohongan yang berdiri di antara kami. Bahkan jika saya bisa belajar untuk memaafkan dia untuk menjaga kebenaran dari saya tentang ayahnya, ia tidak pernah mungkin bisa mengampuni berjalan pergi. Tapi apa pilihan aku memiliki? Ayah saya terlalu kuat. Terlalu kuat. Tanpa uang dan sumber daya, kami tidak akan pernah mampu melawan dia. Kami tidak berdiri kesempatan.Dan tanpa kejujuran dan kepercayaan, kita benar-benar tidak punya cinta. Kita mungkin memiliki sesuatu yang terasa seperti cinta atau tampak seperti cinta, tapi tanpa kepercayaan, itu semua ilusi.Mason menyebut dirinya sebuah penipuan. Dan itulah apa yang ia adalah. Seluruh waktu dia naik di sekitar kota nya Porsche dan menghabiskan uang kiri dan kanan, dia tahu bahwa uang itu dicuri dari keluarga saya. Dan ia masih memiliki keberanian untuk menjadi bagian dari kehidupan kita. Dia masih memiliki keberanian untuk tidur dengan saya dan membawa saya dan menyebut dirinya Preston sahabat.Dia tahu dia tidak pantas persahabatan kita, namun ia mengambil pula.Mason mengkhianati kita.Namun, tidak peduli berapa banyak aku sialan dia kesalahannya dan pilihan, di dalam aku tahu aku telah membuat pilihan buruk seperti banyak. Aku telah mengacaukan seperti banyak kali. Tepat apa yang harus saya menilai dia?Bagaimana aku akan tanpa dirinya?Aku berbaring di sofa kulit putih di kabin utama pesawat dan subur selimut coklat membungkus tubuh saya.Aku bahkan tidak ingin untuk berpikir tentang apa yang orang tua saya akan mengatakan. Aku tidak tahu jika saya pernah akan mampu mengampuni mereka untuk mendorong saya seperti ini. Untuk menuntut aku meninggalkan satu orang aku pernah mencintai-ayah dari bayi saya-untuk datang rumah dan bersama mereka. Aku selalu tahu ayahku adalah seorang pria yang cerdas, bersedia untuk menginjak siapa ia harus dalam rangka untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi aku tidak pernah bermimpi yang termasuk saya.Hatiku rusak.Tidak, bahkan kata yang patah tidak datang dekat dengan menggambarkan bagaimana perasaanku.Hancur.Hancur.Dihapuskan.Ada kata yang cukup kuat.Aku rindu Mason begitu banyak sudah. Aku rindu merasakan lengannya di sekitar saya. Aku rindu tawa dan cara dia akan menggoda saya dengan mengangkat alis yang satu, menatapku seperti aku pergi gila. Aku rindu segala sesuatu tentang dirinya.Pada saat pesawat menyentuh turun, aku memukul dengan kesadaran bahwa saya telah membuat kesalahan besar. Saya telah membuat pilihan yang salah.Dan pikiran tidak pernah menjadi dengannya lagi menghancurkan saya.