Mr. Siegfried Giedion, once a leade

Mr. Siegfried Giedion, once a leader of the mechanical rigorists, has come out for the monumental and the symbolic, and among the younger people an inclination to play with the "feeling" elements in design - with color, texture, even painting and sculpture – has become insuppressible. "Functionalism," writes a rather:pained critic in a recent issue of the Architectural Review of London, "the only real aesthetic faith to which the modern architect could lay claim in the inter-war years, is now, if not repudiated, certainly called into question ... by those who were formerly its most illustrious :supporters

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Tn. Siegfried Giedion, setelah pemimpin rigorists mekanik, telah keluar untuk monumental dan simbolis, dan di antara orang-orang muda kecenderungan untuk bermain dengan unsur-unsur "perasaan" dalam desain - dengan warna, tekstur, bahkan lukisan dan patung-telah menjadi insuppressible. "Fungsionalisme," menulis agak: berkelanjutkan kritikus di edisi terbaru dari arsitektur Review of London, "iman hanya nyata estetika yang arsitek modern bisa berbaring klaim di tahun-tahun antar perang, adalah sekarang, jika tidak ditolak, yang tentu saja disebut ke pertanyaan... oleh mereka yang sebelumnya yang paling terkemuka: pendukung

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Mr. Siegfried Giedion, sekali pemimpin rigorists mekanik, telah keluar untuk monumental dan simbolik, dan di antara orang-orang muda kecenderungan untuk bermain dengan "perasaan" elemen dalam desain - dengan warna, tekstur, bahkan lukisan dan patung - telah menjadi insuppressible. "Fungsionalisme," tulis agak: kritikus sedih dalam edisi terbaru dari Ulasan Arsitektur dari London, "satu-satunya iman estetika nyata yang arsitek modern yang bisa mengklaim di tahun-tahun antar-perang, sekarang, jika tidak menolak, tentu dipertanyakan ... oleh orang-orang yang sebelumnya yang paling terkenal: pendukung