Most managers in Ciba-Geigy said th

Most managers in Ciba-Geigy said that they had undergone some great changes and that many of their assumptions about the world and the company had changed. On the surface it looked like a clear case of major culture change. However, when one looks closely, the cultural paradigm of the company had not really changed at all. There continued to be the same bias toward scientific authority; the hierarchy functioned as strongly as ever, but with redefined roles; the assumption that managers do their job best when left alone to learn for themselves was still very strong; and lateral communication was still considered mostly irrelevant. For example, there was still no regular meeting of division heads except at the annual meeting, where they met with everyone else, and there were no functional meetings across countries or divisions.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Kebanyakan manajer di Ciba-Geigy mengatakan bahwa mereka telah mengalami beberapa perubahan besar dan bahwa banyak dari mereka asumsi tentang dunia dan perusahaan telah berubah. Di permukaan tampak seperti kasus yang jelas tentang perubahan besar budaya. Namun, bila kita melihat erat, paradigma budaya perusahaan tidak benar-benar berubah sama sekali. Terus bias yang sama terhadap otoritas ilmiah; hirarki berfungsi sebagai kuat sebagai pernah, tapi dengan redefined peran; asumsi bahwa manajer melakukan pekerjaan mereka terbaik saat ditinggal sendirian untuk belajar sendiri masih sangat kuat; dan lateral komunikasi masih dianggap sebagian besar tidak relevan. Sebagai contoh, masih ada tidak ada pertemuan rutin kepala Divisi kecuali pada pertemuan tahunan, dimana mereka bertemu dengan orang lain, dan ada ada fungsional pertemuan di seluruh negara atau divisi.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Kebanyakan manajer di Ciba Geigy mengatakan bahwa mereka telah mengalami beberapa perubahan besar dan bahwa banyak dari asumsi mereka tentang dunia dan perusahaan telah berubah. Di permukaan itu tampak seperti kasus yang jelas dari perubahan budaya besar. Namun, ketika diamati dengan seksama, paradigma budaya perusahaan tidak benar-benar berubah sama sekali. Ada terus menjadi bias sama terhadap otoritas ilmiah; hirarki berfungsi sebagai kuat seperti biasa, tapi dengan peran didefinisikan ulang; asumsi bahwa manajer melakukan pekerjaan terbaik mereka ketika dibiarkan sendiri untuk belajar sendiri masih sangat kuat; dan komunikasi lateral masih dianggap sebagian besar tidak relevan. Misalnya, masih belum ada pertemuan rutin kepala divisi kecuali pada pertemuan tahunan, di mana mereka bertemu dengan orang lain, dan tidak ada pertemuan fungsional di seluruh negara atau divisi.