'Jodha Singh Rajput'.This was a nam

'Jodha Singh Rajput'.

This was a name that gave her everything...from her identity to her pride. This was a name that told her, what her parents couldn't. This was the only bridge that could connect Jodha to her past...to her origin. She clung to this name whenever she felt lonely...whenever she felt the need of a near one. It was her SOLE identity...it was the ONE and ONLY testimony she had to her being...but...not any more. This day marked the end of her lone journey. From now on 'Jodha Singh Rajput' won't be alone...it will have a companion to ride with...that is...'Mrs. Jalaluddin Mohammad'.



A few scratches on the paper...and her future was sealed. She was officially 'Mrs. Jalaluddin Mohammad'...Jalal's begum. A status for which many dreamed of...a status for which Jodha never dreamed of. It was more sort of an adjustment for Jodha...for her it was one of those numerous compromises she had to bear with in her much troubled life. Neither she had any expectation from it, nor did she look forward to have any. She had no idea where this decision will take her to...but one thing she was damn sure of...after this...NOTHING will be same as before.



Signatures were done. They were officially Man and Wife now. Jalal arranged a back dated FORM to validate the marriage from that day onwards. It was not a big deal for him and his men. The Registrar assured him to hand over the certificate within 48 hours. Jalal paid him off a good sum for his pleasing performance.



Jalal was pleased indeed. He was pleased at his own convincing power...pleased at Jodha's CONSENT...and above all pleased at their marriage. Everything played out just as he wanted it to be. He was the winner all the way...got his son with him...had his Jodha as his wife. What else he could have wished for? But for some unknown reasons smile was missing from this pleasing face. That aroused query in Abdul.



'Haas bhi de yaar...shadi ho geyee teri...finally you got, what you were longing for...ab yeh udasi kaisi?' Abdul slid his arm around Jalal's shoulder...he was a bit confused about Jalal's reaction to the entire occurrence. Serious face...reserve attitude...not a single ray of smile - everything appeared a bit weird to Abdul. He couldn't imagine of any reason for Jalal not being happy. Jalal's reserve appearance was ailing him to the core. So he decided to ask his buddy directly about this. Jalal didn't disappoint him either...he poured his real concern in front of his pal; 'it's only marriage Abdul...only marriage. She is still far away. She will not come with me...I won't have her in my life...woh yehi rahegi...she will lead her own life...she won't let me enter into it.' A pale shade of gloom could be seen in Jalal's eyes.

'But why? She is your wife...' Abdul couldn't get what Jalal just spoke about.

'She won't be, if I try to take her with me...' Jalal walked up to the sofa and almost threw his dejected body on it. Fixing his gaze at nowhere, Jalal continued, 'I will have to bear this much to make her mine.'

'Kar payega tu? Reh payega door usse? You couldn't stay away from her when she was barely known to you...ab toh woh wife hai teri...' Abdul was prominently skeptical about Jalal's resolution. To his utter surprise even Jalal himself had no faith on it.

'You know Abdul...I have no faith on Jalal, when it comes to Jodha. But trust me...I don't want to prove myself a ravager this time.' A long shimmering pain could be seen in Jalal's lost gaze...the one consuming his life for years. Looking at his friend's eyes Abdul got reply to his every query...every question. He wished...someday Jodha finds it too.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

'Jodha Singh Rajput'.Ini adalah nama yang memberikan kepadanya segala sesuatu... dari identitasnya kepada kebanggaan nya. Ini adalah nama yang mengatakan kepadanya, apa yang orang tuanya tidak. Ini adalah satu-satunya jembatan yang dapat menyambung Jodha ke masa lalunya... untuk asal nya. Dia berpaut kepada nama ini setiap kali ia merasa kesepian... setiap kali ia merasa perlu yang dekat. Itu adalah satu-satunya nya identitas... itu satu dan hanya kesaksian dia harus menjadi nya... tapi... tidak lagi. Hari ini menandai akhir dari perjalanan sendirian. Sekarang 'Jodha Singh Rajput' tidak akan sendirian... itu akan memiliki pendamping naik dengan... itu adalah... 'Ibu Jalaluddin Mohammad'. Beberapa goresan pada karya... dan masa depan itu disegel. Dia secara resmi 'Ibu Jalaluddin Mohammad'...Begum Jalal's. Status yang banyak memimpikan... status untuk Jodha yang tidak pernah bermimpi. Itu lebih seperti penyesuaian untuk Jodha... untuk itu adalah salah satu orang kompromi banyak dia harus menanggung dengan dalam dirinya banyak susah hidup. Begitu dia punya harapan dari itu, atau apakah ia berharap untuk memiliki. Ia tidak tahu mana keputusan ini akan membawanya untuk... tapi satu hal yang ia adalah sialan yakin... setelah ini...Tidak ada yang akan sama seperti sebelumnya. Tanda tangan yang dilakukan. Mereka adalah resmi pria dan istri sekarang. Jalal diatur kembali tanggal formulir untuk memvalidasi perkawinan dari hari itu dan seterusnya. Itu bukan masalah besar bagi dia dan orangnya. Panitera meyakinkannya untuk menyerahkan sertifikat dalam waktu 48 jam. Jalal membayarnya dari jumlah yang baik untuk penampilannya yang menyenangkan. Jalal was pleased indeed. He was pleased at his own convincing power...pleased at Jodha's CONSENT...and above all pleased at their marriage. Everything played out just as he wanted it to be. He was the winner all the way...got his son with him...had his Jodha as his wife. What else he could have wished for? But for some unknown reasons smile was missing from this pleasing face. That aroused query in Abdul. 'Haas bhi de yaar...shadi ho geyee teri...finally you got, what you were longing for...ab yeh udasi kaisi?' Abdul slid his arm around Jalal's shoulder...he was a bit confused about Jalal's reaction to the entire occurrence. Serious face...reserve attitude...not a single ray of smile - everything appeared a bit weird to Abdul. He couldn't imagine of any reason for Jalal not being happy. Jalal's reserve appearance was ailing him to the core. So he decided to ask his buddy directly about this. Jalal didn't disappoint him either...he poured his real concern in front of his pal; 'it's only marriage Abdul...only marriage. She is still far away. She will not come with me...I won't have her in my life...woh yehi rahegi...she will lead her own life...she won't let me enter into it.' A pale shade of gloom could be seen in Jalal's eyes.'But why? She is your wife...' Abdul couldn't get what Jalal just spoke about.'She won't be, if I try to take her with me...' Jalal walked up to the sofa and almost threw his dejected body on it. Fixing his gaze at nowhere, Jalal continued, 'I will have to bear this much to make her mine.''Kar payega tu? Reh payega door usse? You couldn't stay away from her when she was barely known to you...ab toh woh wife hai teri...' Abdul was prominently skeptical about Jalal's resolution. To his utter surprise even Jalal himself had no faith on it.'You know Abdul...I have no faith on Jalal, when it comes to Jodha. But trust me...I don't want to prove myself a ravager this time.' A long shimmering pain could be seen in Jalal's lost gaze...the one consuming his life for years. Looking at his friend's eyes Abdul got reply to his every query...every question. He wished...someday Jodha finds it too.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

'Jodha Singh Rajput'. Ini adalah nama yang memberi segalanya ... dari identitasnya ke harga dirinya. Ini adalah nama yang mengatakan, apa yang orang tuanya tidak bisa. Ini adalah satu-satunya jembatan yang bisa menghubungkan Jodha ke masa lalunya ... asal nya. Dia menempel nama ini setiap kali ia merasa kesepian ... setiap kali dia merasa membutuhkan satu di dekat. Itu identitas SENDIRI nya ... itu adalah satu dan hanya kesaksian dia harus keberadaannya ... tapi ... tidak lagi. Hari ini menandai akhir perjalanan tunggal nya. Mulai sekarang 'Jodha Singh Rajput' tidak akan sendirian ... itu akan memiliki pendamping untuk naik dengan ... yang ... "Mrs. Jalaluddin Mohammad '. Beberapa goresan di atas kertas ... dan masa depannya disegel. Dia resmi 'Mrs. Jalaluddin Mohammad '... begum Jalal itu. Status yang banyak bermimpi ... status yang Jodha pernah bermimpi. Itu lebih semacam penyesuaian untuk Jodha ... baginya itu adalah salah satu dari orang-orang banyak kompromi ia harus bersabar dalam banyak kehidupan bermasalah itu. Baik dia punya harapan dari itu, dia juga tidak berharap untuk memiliki. Dia tidak tahu di mana keputusan ini akan membawanya ke ... tapi satu hal ia sangat yakin tentang ... setelah ini ... TIDAK akan sama seperti sebelumnya. Signatures dilakukan. Mereka resmi Man dan istri sekarang. Jalal mengatur kembali tanggal FORM untuk memvalidasi pernikahan dari hari itu dan seterusnya. Itu bukan masalah besar bagi dia dan anak buahnya. Panitera meyakinkannya untuk menyerahkan sertifikat dalam waktu 48 jam. Jalal membayarnya dari jumlah yang baik untuk kinerja menyenangkan nya. Jalal senang memang. Dia senang di meyakinkan kekuatan sendiri ... senang di PERSETUJUAN Jodha ... dan di atas semua senang pada pernikahan mereka. Semuanya dimainkan sama seperti ia ingin hal itu terjadi. Dia adalah pemenang sepanjang jalan ... punya anaknya dengan dia ... memiliki Jodha sebagai istrinya. Apa lagi dia bisa berharap untuk? Tapi untuk beberapa alasan yang tidak diketahui senyum hilang dari wajah ini menyenangkan. Yang membangkitkan permintaan di Abdul. "Haas bhi de yaar ... shadi ho geyee teri ... akhirnya kau, apa yang kau kerinduan untuk ... ab yeh udasi Kaisi? ' Abdul meluncur lengannya di bahu Jalal itu ... dia agak bingung tentang reaksi Jalal kepada seluruh kejadian. Serius wajah ... sikap cadangan ... bukan sinar tunggal senyum - segala sesuatu tampak sedikit aneh untuk Abdul. Dia tidak bisa membayangkan alasan apa pun untuk Jalal tidak merasa bahagia. Penampilan cadangan Jalal yang sedang sakit dia inti. Jadi dia memutuskan untuk meminta temannya langsung tentang hal ini. Jalal tidak mengecewakan dia baik ... ia menuangkan kepedulian nyata di depan temannya; "Itu hanya pernikahan Abdul ... hanya menikah. Dia masih jauh. Dia tidak akan datang dengan saya ... saya tidak akan memiliki dia dalam hidup saya ... woh Yehi rahegi ... dia akan memimpin hidupnya sendiri ... dia tidak akan membiarkan saya masuk ke dalamnya. " Sebuah warna pucat yang murung dapat dilihat pada mata Jalal itu. "Tapi mengapa? Dia adalah istri Anda ... "Abdul tidak bisa mendapatkan apa yang Jalal hanya berbicara tentang. "Dia tidak akan, jika saya mencoba untuk membawanya dengan saya ... 'Jalal berjalan ke sofa dan hampir melemparkan tubuh sedih nya di atasnya. Memperbaiki tatapannya di mana-mana, Jalal melanjutkan, "Aku harus menanggung ini banyak membuat saya padanya." "Kar payega tu? Reh payega pintu Usse? Anda tidak bisa tinggal jauh dari dia ketika dia hampir tidak dikenal kepada Anda ... ab toh woh istri hai teri ... 'Abdul adalah mencolok skeptis tentang resolusi Jalal itu. Yang mengejutkan mengucapkan nya bahkan Jalal sendiri tidak memiliki iman di atasnya. "Kau tahu Abdul ... saya tidak punya iman Jalal, ketika datang ke Jodha. Tapi percayalah ... Aku tidak ingin membuktikan diri Ravager kali ini. " Rasa sakit berkilauan panjang bisa dilihat di Jalal kehilangan pandangan ... yang mengkonsumsi hidupnya selama bertahun-tahun. Melihat mata temannya Abdul mendapat membalas nya setiap query ... setiap pertanyaan. Dia berharap suatu hari nanti ... Jodha menemukannya juga.