James’s theory: self-as-subject/sel

James’s theory: self-as-subject/
self-as-object
It was James (1890) who first made the distinction
between self-as-subject or knower (‘I’) and self-as-object
or known (‘me’). The ‘I’ represents the principal form
of the self, lying at the centre of our state (or ‘stream’)
of consciousness. But we have as many selves as we
have social relationships: the self is multifaceted. This is
consistent with the widely shared view that we modify
our behaviour to some extent depending on whom
we’re with: different others bring out different aspects
of our personality (Hampson, 1995).

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

James's teori: diri sebagai subjek /diri sebagai objekItu adalah James (1890) yang pertama kali membuat perbedaanantara diri sebagai subjek atau berpengetahuan ('I') dan diri sebagai objekatau dikenal ('aku'). 'Aku' merupakan bentuk utamadiri, berbaring di tengah kami negara (atau 'streaming')kesadaran. Tapi kita sebanyak diri kitamemiliki hubungan sosial: diri multifaset. Ini adalahkonsisten dengan pandangan luas bersama bahwa kita memodifikasitingkah laku kita sampai batas tertentu tergantung pada siapaMohon dengan: berbeda lainnya mengeluarkan berbagai aspekkepribadian kita (Hampson, 1995).

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

James teori: diri sebagai subjek /
self-as-objek
itu James (1890) yang pertama kali membuat perbedaan
antara diri sebagai subjek atau berpengetahuan ('I') dan self-sebagai-obyek
atau dikenal ('saya' ). 'I' merupakan bentuk utama
dari diri, tergeletak di tengah negara kita (atau 'aliran')
kesadaran. Tapi kami memiliki banyak diri seperti yang kita
memiliki hubungan sosial: diri adalah multifaset. Hal ini
konsisten dengan pandangan luas bahwa kita memodifikasi
perilaku kita sampai batas tertentu tergantung pada siapa
kita dengan: berbeda lain membawa keluar aspek yang berbeda
dari kepribadian kita (Hampson, 1995).