A firm that is unable to survive wi

A firm that is unable to survive will be incapable of satisfying the aims of any of its
stakeholders. Unfortunately, the goal of survival, like the goals of growth and profitability, often is taken for granted to such an extent that it is neglected as a principal criterion in strategic decision making. When this happens, the firm may focus on short-term aims at the expense of the long run. Concerns for expediency, a quick fix, or a bargain may displace the assessment of long-term impact. Too often, the result is near-term economic failure owing to a lack of resource synergy and sound business practice. For example, Consolidated Foods, maker of Shasta soft drinks and L' eggs hosiery, sought growth through the acqui­sition of bargain businesses. However, the erratic sales patterns of its diverse holdings forced it to divest itself of more than four dozen companies. This process cost Consolidated Foods millions of dollars and hampered its growth.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Sebuah perusahaan yang mampu bertahan hidup akan tidak mampu memenuhi tujuan apapun yangpemegang saham. Sayangnya, tujuan dari kelangsungan hidup, seperti tujuan pertumbuhan dan profitabilitas, sering diambil untuk diberikan sedemikian rupa bahwa itu diabaikan sebagai kriteria utama dalam pengambilan keputusan strategis. Ketika ini terjadi, perusahaan dapat fokus pada tujuan jangka pendek dengan mengorbankan jangka panjang. Kekhawatiran kebijaksanaan, perbaikan cepat, atau murah dapat menggantikan penilaian dampak jangka panjang. Terlalu sering, hasilnya adalah jangka pendek ekonomi kegagalan karena kurangnya sumber daya sinergi dan praktek bisnis. Sebagai contoh, konsolidasi makanan, pembuat minuman ringan Shasta dan L' telur kaus kaki, dicari pertumbuhan melalui akuisisi bisnis murah. Namun, pola penjualan tidak menentu kepemilikan beragam dipaksa untuk menjauhkan diri dari lebih dari empat lusin perusahaan. Proses ini biaya konsolidasi makanan jutaan dolar dan menghambat pertumbuhan.