Baru-baru ini, telah ada minat yang tumbuh di belajar di luar Cina negara penutur asli. Namun, pengajaran dan pembelajaran dari Cina sebagai bahasa asing (CFL) menghadapi berbagai tantangan termasuk retensi rendah peserta didik (Orton, 2008), kurangnya penelitian tentang cara mengajar dan belajar CFL (Zhang & Li, 2010), dan ketidakcocokan ajaran
metode dengan konteks lokal (Du & Kirkebæk, 2012). Fitur linguistik intrinsik Cina, seperti sistem fonetik tonal dan sistem skrip logographical, juga menantang untuk pelajar asing untuk menguasai (Orton, 2013), terutama di lingkungan bahasa asing di mana peserta didik memiliki kesempatan terbatas untuk menggunakan bahasa target mereka pada setiap hari (Jeon, 2005). Dengan demikian, mungkin akan membantu untuk pelajar CFL yang akan diberikan dengan peluang nyata untuk paparan penggunaan bahasa di dalam kelas. Tugas berbasis pengajaran bahasa (TBLT) adalah kerangka pendidikan untuk pengajaran bahasa kedua dan asing. Mengingat teori akun, praktek, dan penelitian, dukung penggunaan tugas untuk lebih mempromosikan akuisisi bahasa kedua dan asing. Dengan melakukan tugas-tugas di kelas, peserta didik diharapkan untuk meningkatkan comprehensibility dari L2 masukan melalui negosiasi makna, menyediakan satu sama lain dengan umpan balik, dan memodifikasi produksi L2 lebih sasaran-seperti, hasil yang diklaim signifikan untuk L2 belajar ( Mackey & Goo, 2007). Penelitian telah menunjukkan L2 pembelajaran yang berkaitan dengan sejumlah variabel tugas seperti desain tugas, pelaksanaan tugas, urutan tugas, dan kompleksitas tugas (Robinson, 2005; Skehan, 1998). Namun, sebagian besar penelitian sampai saat ini dilakukan dengan peserta didik non-awal bahasa Inggris sebagai bahasa target dalam pengaturan terkontrol. Baru-baru ini penelitian tentang TBLT telah diperpanjang dengan situasi sosial budaya yang berbeda (Baralt, Gilabert, & Robinson, 2014; Ellis, 2003; García Mayo, 2007; Leaver & Willis, 2004; Shehadeh & Coombe, 2012). Hasil yang beragam penelitian telah menunjukkan kompleksitas berhasil menerapkan TBLT dalam konteks yang berbeda. Sebagai Murphy (2003) menunjukkan, keberhasilan TBLT bergantung pada kontribusi dari peserta didik, tugas, dan teachingcontext bagi guru dan peserta didik. Dalam bidang CFL, TBLT semakin digunakan dalam praktek belajar mengajar, meskipun dengan sedikit penelitian mendokumentasikan efek. Dalam tulisan ini kami bermaksud untuk mengatasi kesenjangan ini dengan menyelidiki pelaksanaan TBLT di dua kelas dewasa CFL di Denmark. Perhatikan bahwa maksud di sini adalah untuk tidak membandingkan kinerja peserta didik atau aspek budaya antara dua kelas, tetapi untuk lebih memahami dan meningkatkan pelaksanaan TBLT. Untuk tujuan ini, wawancara semi-terstruktur dan observasi partisipatif digunakan sebagai metode utama. Hasil yang disajikan dalam makalah ini diharapkan untuk memperluas dasar empiris TBLT dan menghasilkan wawasan pedagogis guru CFL.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
