PENDAHULUAN
wereng, Nephotettix virescens Distant
(Hemiptera: Cicadellidae) memainkan peranan penting sebagai
vektor virus tungro (Muralidharan et al, 2003;.
Widiarta, 2005), sedangkan peran N.virescens sebagai hama
padi menyebabkan kerusakan langsung oleh makan kurang
penting. Penyakit tungro merupakan salah satu yang paling
merusak penyakit beras di Asia Selatan dan Tenggara,
di mana epidemi penyakit telah terjadi sejak pertengahan
tahun 1960-an (Azzam & Kanselir, 2002). Di Indonesia, tungro
penyakit sering merusak di daerah endemik Klaten
(Jawa Tengah) dan Sleman (Yogyakarta) dan Bali. The
Penyakit Tungro menyebabkan kerusakan parah di Indonesia dengan
daerah yang terkena sekitar 16.000 ha di Bali pada tahun 1980; 25.000
ha di Bali, Jawa, Sumatera selama 1983-1984; 18.000 ha
di Bali, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya selama
1985-1986; dan 12.340 ha di Jawa Tengah pada tahun 1995
(Azzam & Kanselir, 2002), sementara penyakit tungro di
Jawa Tengah menyebabkan kerusakan dari 1.098 hektar pada tahun 2010
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Tengah, 2010).
Penyakit Tungro disebabkan oleh dua virus
(Hibino , 1996), yaitu virus tungro spherical
(RTSV) dan beras tungro bacilliform virus (RTBV).
Umumnya, RTBV dan RTSV bersama-sama atau RTSV saja yang
ditularkan oleh wereng virescens N. (Choi et al.,
2009). N. virescens lebih efektif untuk mengirimkan
virus tungro (Supriyadi et al, 2004;. Widiarta, 2005)
dan juga penduduknya di lapangan adalah lebih dominan
daripada vektor lainnya (Supriyadi et al, 2004;. Widiarta,
2005).
Interaksi antara virescens vektor N. dan
virus tungro dapat menjadi kompleks dan pola tertentu. Dalam
kasus serangga ditanggung virus, Nault (1997) dan
Fereres & Moreno (2009), menunjukkan pola tertentu
dari hubungan antara vektor, virus dan tanaman inang. The
Kemampuan N. virescens menularkan virus tungro adalah
individu, tidak semua individu dalam populasi menjadi
kompeten sebagai vektor. Di antara populasi
wereng, ada individu dapat menularkan virus
dan tidak dapat menularkan virus (Gray & Banerjee,
1999). Individu dari N. virescens yang dapat menularkan
virus setelah makan akuisisi disebut aktif
pemancar, sedangkan yang tidak dapat menularkan virus
yang disebut non-pemancar (Ling, 1972).
Karakter dari N. virescens aktif
pemancar dari daerah endemik penyakit tungro di
Indonesia belum ditandai dengan baik, hanya terbatas
informasi yang tersedia. Penelitian yang dilakukan oleh
Supriyadi et al. (2004) menunjukkan hubungan antara
proporsi N. virescens pemancar aktif dan
daerah endemik penyakit tungro. Proporsi rata-rata
dari N. virescens pemancar aktif dari daerah endemik
penyakit tungro adalah 81%, sedangkan dari non endemik
daerah adalah 52,2%. Sementara itu, hasil yang berbeda
penelitian menunjukkan bahwa pola pita protein Total
dari N. virescens pemancar aktif yang berbeda dari
non pemancar, tetapi tidak ada variasi
morfologi eksternal (Supriyadi & Wijayanti, 2010).
Upaya untuk memahami genetik variasi dalam
populasi serangga sering memerlukan studi di tingkat molekuler.
Menurut Brooker (1999), ekspresi gen yang
tidak selalu berbeda dalam morfologi, tetapi mungkin juga berbeda
dalam molekul-produk atau sifat fisiologis. The
acak Amplified Polymorphic DNA-Polymerase
Chain Reaction (PCR-RAPD) adalah teknik yang biasa
digunakan dalam studi variasi genetik di dalam atau di antara
populasi geografis (Naber et al, 2000;.
Margaritopoulos et al, 2000;. Rampelotti et al, 2008. ).
Namun, studi tentang penandaan molekul berunding
N. virescens dari tungro endemik endemik dan non
penyakit yang terbatas dan kurang informasi tentang
karakter DNA. Tidak ada laporan tentang penggunaan
penanda RAPD virescens N. dari daerah endemik
penyakit tungro di Indonesia diterbitkan pada saat ini.
Oleh karena itu, upaya untuk mengidentifikasi pemancar aktif
N. virescens dari daerah endemik dan non-endemik
kebutuhan penyakit tungro dilakukan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter N. virescens
pemancar aktif dari daerah endemik dan non-endemik
penyakit tungro berdasarkan penanda RAPD.
BAHAN DAN METODE
Penelitian Studi site.The dilakukan dari bulan April sampai
November 2010. Populasi N. virescens
wereng yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari lapangan di
daerah endemik penyakit tungro padi (Klaten, Central
Java dan Sleman, Yogyakarta) dan daerah non-endemik
(Pacitan, Jawa Timur, Ngawi, Jawa Timur, dan Purwodadi,
Jawa Tengah). Pemeliharaan massa N. virescens dan virus
transmisi dilakukan di Laboratorium Hama
dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret, sementara identifikasi genetik
variasi N. virescens berdasarkan RAPD-PCR
penanda dilakukan di Laboratorium Virologi,
Departemen Proteksi Tanaman, Bogor Agricultural
University.
Pemeliharaan N. virescens wereng. N. virescens
sampel, dikumpulkan dari lapangan dengan menggunakan sebuah sweepnet
dan kemudian ditempatkan dalam kotak terpisah untuk setiap koloni. Massa
membesarkan N. virescens dilakukan sesuai dengan
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
