How many things do you have on this

How many things do you have on this Someday list?”
I quickly flipped through the pages until I reached the last number. It was all for show. I didn’t need to look to know how many were there. I’d spent many hours with this little notebook. “One hundred and forty-three,” I answered.
His eyes scrunched together as he smiled. “What’s number one?”
I shook my head, glancing down at the long list I’d made. “Nope, not telling you that one. Pick a different one.”
“Okay.” He chuckled. “Give me number fourteen.”
“Um…put my toes in the ocean.”
“What?”
“I want to put my toes in the ocean.”
“But you live less than fifteen minutes from the beach,” he reminded me.
I sighed. “Ironic, right? That’s one of the joys of being me and having my mother as a caretaker. I’ve been sick my entire life, which means I’ve had to be cared for since the day I was born. My mother has taken that job very seriously. Walking through sand is hard work. God forbid, I get winded. Therefore, no trips to the beach, and no toes in the water.”
His eyes steadied on mine for a moment as if he were thinking through something.
“Give me another one. How about sixty-two?” he asked.
I followed my finger down as I went through the numbers until I found it. “Make a meal from start to finish.”
“What does your mom have against cooking?”
“I don’t know that she has anything against it per se. She just never lets me do it. If a staff member of the hospital is not waiting on me, then she is serving me. Do you know what it’s like to be taken care of like a child when you’re a grown adult? It’s maddening.”
“You’re not a child,” he said.
The way he looked at me made my cheeks flush with heat.
“Will you share a few with me tomorrow night?” he asked, rising from the seat.
He stretched slightly, and the hem of his shirt rose, revealing a sliver of tanned skin. I should have looked away, but I didn’t. I managed to look up in time to meet his gaze as his arms settled back at his sides.
“Yes, I’ll share some more, but only if you do something for me,” I said, setting down the small notebook on the bed.
“Depends on what it is,” he said, arching his brow again.
Still sexy.
“Bring me more pudding?” I asked, grinning.
He laughed. "You've got yourself a deal.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Berapa banyak hal yang Anda miliki di daftar Someday ini?
"Aku cepat-cepat membalik-balik halaman sampai aku mencapai nomor terakhir. Itu semua untuk pertunjukan. Saya tidak perlu melihat tahu berapa banyak berada di sana. Saya telah menghabiskan banyak jam dengan notebook kecil ini. "Seratus empat puluh tiga," jawab saya.
Matanya meringkuk bersama-sama sambil tersenyum. "Berapa nomor satu?"
Aku menggeleng, sambil melirik daftar panjang aku membuat. "Tidak, tidak mengatakan yang satu itu. Memilih satu yang berbeda.
"" Oke. "Dia tertawa. "Beri aku nomor empat belas."
"Um ... menempatkan jari kaki saya di laut."
"Apa?"
"Aku ingin menempatkan jari kaki saya di laut."
"Tapi Anda tinggal kurang dari lima belas menit dari pantai," dia mengingatkan saya .
Aku mendesah. "Ironis, bukan? Itulah salah satu kebahagiaan menjadi diriku dan memiliki ibu saya sebagai pengurus. Aku sudah sakit seluruh hidup saya, yang berarti saya harus dirawat sejak hari aku dilahirkan. Ibu saya telah mengambil pekerjaan yang sangat serius. Berjalan melalui pasir adalah kerja keras. Allah melarang, saya mendapatkan tele. Oleh karena itu, tidak ada perjalanan ke pantai, dan tidak ada jari kaki di dalam air. "Matanya mantap pada tambang sejenak seolah-olah sedang memikirkan sesuatu." Beri aku satu sama lain. Bagaimana enam puluh dua? "Ia bertanya. Aku mengikuti jari saya turun saat aku pergi melalui nomor sampai aku menemukannya. "Membuat makanan dari awal sampai akhir." "Apa ibumu memiliki terhadap memasak?" "Aku tidak tahu bahwa dia memiliki sesuatu terhadap hal itu per se. Dia hanya tidak pernah membuat saya melakukannya. Jika anggota staf rumah sakit tidak menunggu saya, maka dia melayani saya. Apakah Anda tahu bagaimana rasanya harus diurus seperti anak kecil ketika Anda tumbuh dewasa? Ini menjengkelkan. "" Kau bukan anak kecil, "katanya. Cara dia memandang saya membuat pipi saya siram dengan panas." Maukah Anda berbagi beberapa dengan saya besok malam? "Ia bertanya, naik dari kursi. Dia membentang sedikit, dan ujung kemejanya naik, mengungkapkan sepotong kulit kecokelatan. Aku harus melihat jauh, tapi aku tidak. Aku berhasil untuk mencari waktu untuk bertemu tatapannya sebagai lengannya duduk kembali di sisi tubuhnya. "Ya, saya akan berbagi lagi, tetapi hanya jika Anda melakukan sesuatu untuk saya," kata saya, pengaturan turun notebook kecil di tidur. "Tergantung pada apa itu," katanya, melengkungkan alisnya lagi. Masih seksi. "Bawa saya lebih puding?" tanyaku sambil menyeringai. Dia tertawa. "Kau sendiri kesepakatan.