Two important findings were derived

Two important findings were derived from the evaluation of “diffusion model.” First, in many countries there were structural barriers to rural development, such as highly concentrated political power and asset ownership.
Second, if farmers were not responsive to agricultural extension efforts, perhaps it was because extension workers had few profitable innovations to extend. This viewpoint was advanced by T.W. Schultz very influential book “Transforming Traditional Agriculture” (1964).
According to Schultz, Third World farmers and herders were far from irrational and fatalistic. They were calculating economic agents who carefully weighed the marginal costs and benefits associated with different agricultural techniques. Despite low level of per capita output, traditional agriculture was characterized by the allocative efficiency, known as “efficient-but-poor hypothesis”

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Temuan penting kedua adalah berasal dari evaluasi "difusi model". Pertama, di banyak negara ada hambatan struktural untuk pedesaan pengembangan, seperti kepemilikan sangat terkonsentrasi politik kekuasaan dan aset.Kedua, jika petani tidak responsif terhadap upaya Penyuluhan Pertanian, mungkin itu adalah karena penyuluh memiliki beberapa inovasi yang menguntungkan untuk memperpanjang. Sudut pandang ini dikemukakan oleh T.W. Schultz sangat berpengaruh buku "Transformasi pertanian tradisional" (1964).Menurut Schultz, dunia ketiga petani dan penggembala adalah irasional dan pasrah pada nasib. Mereka telah menghitung agen ekonomi yang hati-hati beratnya marjinal biaya dan manfaat yang terkait dengan teknik pertanian yang berbeda. Meskipun tingkat rendah per kapita output, pertanian tradisional ditandai dengan efisiensi alokasi, dikenal sebagai "hipotesis efisien-tapi-miskin"

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Dua temuan penting yang berasal dari evaluasi "model difusi." Pertama, di banyak negara ada hambatan struktural untuk pembangunan pedesaan, seperti kekuasaan politik yang sangat terkonsentrasi dan kepemilikan aset.
Kedua, jika petani tidak responsif terhadap upaya penyuluhan pertanian, mungkin itu karena penyuluh memiliki beberapa inovasi yang menguntungkan untuk memperpanjang. Sudut pandang ini dikemukakan oleh TW Schultz buku yang sangat berpengaruh "Transforming Tradisional Pertanian" (1964).
Menurut Schultz, petani Dunia Ketiga dan penggembala yang jauh dari rasional dan fatalistik. Mereka menghitung agen ekonomi yang hati-hati menimbang biaya marjinal dan manfaat yang terkait dengan teknik pertanian yang berbeda. Meskipun tingkat rendah output per kapita, pertanian tradisional ditandai dengan efisiensi alokatif, yang dikenal sebagai "efisien-tapi-miskin hipotesis"