Frankl (1963) regarded the human te

Frankl (1963) regarded the human tendency to search for
meaning as the primary, most powerful motivating and driving
force in humans. This search should be a natural, healthy part
of life, which encourages people to pursue and explore new
opportunities and challenges. Frustration of this natural drive
can lead to an ‘‘existential vacuum,’’ characterized by a sense
of meaninglessness, boredom, and indifference. Accordingly,
Frankl identified three basic sources through which people find
meaning in their life: love, work, and suffering

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Frankl (1963) dianggap kecenderungan manusia untuk mencariberarti sebagai dasar, paling kuat memotivasi dan mengemudikekuatan pada manusia. Pencarian ini harus menjadi bagian alami, sehatkehidupan, yang mendorong orang untuk mengejar dan menjelajahi barupeluang dan tantangan. Frustrasi drive ini alamidapat menyebabkan '' eksistensial vakum,'' ditandai dengan rasaketakbermaknaan, kebosanan dan ketidakpedulian. Dengan demikian,Frankl mengidentifikasi tiga dasar sumber melalui mana orang menemukanarti hidup mereka: cinta, pekerjaan, dan penderitaan

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Frankl (1963) menganggap kecenderungan manusia untuk mencari
makna sebagai primer, memotivasi paling kuat dan mengemudi
kekuatan pada manusia. Pencarian ini harus menjadi, bagian yang sehat alami
dari kehidupan, yang mendorong orang untuk mengejar dan menjelajahi baru
peluang dan tantangan. Frustrasi drive alami ini
dapat menyebabkan '' vakum eksistensial, '' ditandai dengan rasa
dari berartinya, kebosanan, dan ketidakpedulian. Oleh karena itu,
Frankl mengidentifikasi tiga sumber dasar melalui mana orang menemukan
makna dalam hidup mereka: cinta, pekerjaan, dan penderitaan