(3) The ‘duty to refrain’ would imp

(3) The ‘duty to refrain’ would imply avoiding the bias inherent in creative accounting while the ‘duty to act’ would involve pursuing the consequences to be achieved by creative accounting. If we take the three issues where Ruland sees the ‘duty to refrain’ as the more important:

(a) Relentlessness and
(b) Certainty of outcome: Revsine’s arguments, as we have seen, apply to
a limited role for accounting as a primarily contract monitoring
exercise.
(c) Responsibility: Revsine seems to see compliance with GAAP as the
prime responsibility, with no constraint on choice within GAAP. This
may be a legitimate approach in the USA, but in a jurisdiction that
prescribes an overriding qualitative objective for accounts, such as
the European Union with ‘true and fair view’, Revsine’s approach is
less defensible.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

(3) The 'bertugas untuk menahan diri' akan berarti menghindari bias yang melekat dalam akuntansi kreatif sementara 'kewajiban untuk bertindak' akan melibatkan mengejar konsekuensi yang harus dicapai oleh akuntansi kreatif. Jika kita mengambil tiga isu di mana Ruland melihat 'tugas untuk menahan diri' sebagai lebih penting: (a) tanpa belas dan (b) Kepastian hasil: argumen Revsine, seperti telah kita lihat, berlaku untuk peran terbatas untuk akuntansi sebagai terutama Kontrak pemantauan latihan. (c) Tanggung Jawab: Revsine tampaknya untuk melihat kepatuhan dengan GAAP sebagai tanggung jawab utama, dengan tidak ada kendala pada pilihan dalam GAAP. Ini mungkin merupakan pendekatan yang sah di Amerika Serikat, tetapi dalam yurisdiksi yang mengatur tujuan kualitatif utama piutang, seperti Uni Eropa dengan 'pandangan yang benar dan adil', pendekatan Revsine adalah kurang dipertahankan.