It is understandable that Seidlhofe

It is understandable that Seidlhofer should wish to overturn the native speaker model. 'There is', she claims, 'really no justification for doggedly persisting in referring to an item as "an error" if the vast majority of the world's L2 English speakers produce and understand it' (ibid: 65). As she points out, this iconoclasm is widely shared in the linguistic imperialism English post-colonialist literature (Phillipson 1992, Canagarajah 1999, Medgyes 1994, Paikeday 1985).

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Hal ini dimengerti bahwa Seidlhofer harus ingin menggulingkan model pembicara asli. 'Tidak ada', ia klaim, 'benar-benar tidak ada pembenaran bagi tabah bertahan dalam merujuk ke item sebagai "error" jika sebagian besar dunia L2 berbahasa menghasilkan dan mengerti' (ibid: 65). Seperti dia menunjukkan, ikonoklasme ini adalah berbagi secara luas dalam linguistik imperialisme pasca kolonialis Sastra Inggris (Phillipson tahun 1992, Canagarajah 1999, Medgyes 1994, Paikeday 1985).

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Dapat dimengerti bahwa Seidlhofer harus ingin membatalkan model penutur asli. 'Ada', ia mengklaim, 'benar-benar tidak ada pembenaran untuk tabah bertahan dalam merujuk ke item sebagai "kesalahan" jika sebagian besar penutur bahasa Inggris L2 dunia memproduksi dan memahaminya' (ibid: 65). Sambil menunjuk, ikonoklasme ini secara luas dibagi dalam imperialisme linguistik bahasa Inggris pasca-kolonialis sastra (Phillipson 1992, Canagarajah 1999, Medgyes 1994, Paikeday 1985).