Sex was physical. She could do that

Sex was physical. She could do that, surrender her body, but hold tight to her emotions.
She also couldn’t deny that he piqued certain unknown appetites. When Lucian kissed her, things happened. She was curious what else there was, what else he could make her feel. So long as she kept her mind grounded in the physical and avoided the emotional, she should be able to do this.
Sighing, she asked, “What would the word be?”
His smile was a true expression of deep satisfaction. It spread over his face slow and beautiful like a sunrise, chasing away the darkness. “That, my dear, is your choice.”
The perfect word skated off her tongue before she even realized she had chosen it. "Checkmate

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Seks adalah fisik. Dia bisa melakukan itu, menyerah tubuhnya, tetapi terus ketat untuk emosinya.Dia juga tidak bisa menyangkal bahwa dia terusik selera tertentu tidak diketahui. Ketika Lucian menciumnya, hal-hal yang terjadi. Dia adalah penasaran apa ada yang lain adalah, apa lagi yang dia bisa membuat dirinya merasa. Selama dia terus pikirannya didasarkan pada fisik dan dihindari emosional, ia harus mampu melakukan ini.Mendesah, dia bertanya, "Apa yang akan Firman menjadi?"Dia tersenyum adalah ekspresi benar kepuasan yang dalam. Itu tersebar di wajahnya lambat dan indah seperti matahari terbit, mengejar berjarak kegelapan. "Itu, sayangku, adalah pilihan."Kata sempurna meluncur dari lidahnya sebelum ia bahkan menyadari ia memilih itu. "Sekakmat

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Seks adalah fisik. Dia bisa melakukan itu, menyerahkan tubuhnya, tapi memegang erat emosinya.
Dia juga tidak bisa menyangkal bahwa ia terusik selera tertentu yang tidak diketahui. Ketika Lucian menciumnya, hal yang terjadi. Dia penasaran apa lagi ada, apa lagi yang bisa ia membuatnya merasa. Selama dia terus pikirannya didasarkan pada fisik dan menghindari emosional, dia harus bisa melakukan hal ini.
Sambil mendesah, dia bertanya, "Apa yang akan menjadi kata?"
Senyumnya ekspresi benar kepuasan yang mendalam. Ini tersebar di wajahnya lambat dan indah seperti matahari terbit, mengusir kegelapan. "Itu, sayangku, adalah pilihan Anda."
Kata sempurna meluncur dari lidah sebelum dia bahkan menyadari bahwa dia telah memilih itu. "Skak mat